Batik Cirebon
- Industri batik dalam melakukan pembuatan batik tidak terlepas dari
penggunaan pewarna sintetis dan bahan kimia. Tetapi pemahaman prosedur
kerja yang tepat tidak mengikuti penggunaan bahan kimia.
Peneliti
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK)
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rahmat Wisnu Utama
mengemukakan, proses pencelupan batik pekerjaan masih dilakukan secara
manual dengan tangan bisa meningkatan risiko penyakit kulit dermatitis
kontak.
“Itulah
latar belakang penelitian kami tentang faktor risiko terjadinya
dermatitis kontak pada pekerja pewarnaan batik,” jelas Rahmat saat
memaparkan Analisis Faktor Risiko Terjadinya Dermatitis Kontak Pada
Pekerja Pewarnaan di Industri Batik, pada acara URECOL UMS, di Kampus
UMS, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, baru-baru ini.
Batik Cirebon
- Rahmat mengatakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis faktor-faktor risiko dermatitis kontak pada pekerja di
industri batik pencelupan.
Penelitian
ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 20 orang.
Sampling
penelitian ini digunakan total sampling, Uji statistik penelitian yang
digunakan ini spearman rhokorelasi dengan terjadinya dermatitis kontak
menunjukkan variabel: tingkat pengetahuan pribadi pelindung peralatan
tangan, usia dan masa kerja dengan gejala dermatitis kontak.
Menurut
Rahmat, ada hubungan yang signifikan antara tingkat disiplin penggunaan
sarung tangan vinyl dengan gejala dermatitis kontak dan menunjukkan
korelasi negatif dengan tingkat arah hubungan yang kuat.
“Semakin
rendah tingkat disiplin kerja dalam penggunaan sarung tangan vinyl,
semakin tinggi tingkat kontak gejala dermatitis yang dialami oleh
pekerja,” jelasnya.( Batik Cirebon )
0 komentar:
Posting Komentar