Batik Cirebon
- Akibat genangan air yang tak berkesudahan karena hujan yang cukup
lama di Pasirsari, Kelurahan Pasirkratonkramat, berdampak pada pengrajin
batik di sana.
Para
pengrajin batik di wilayah yang terkenal menjadi sentra batik cap itu
mengalami penurunan produksi cukup drastis, yaitu mencapai hingga 30
persen.
Ketua
Serbapas, Sodikin HS mengungkapkan, kondisi rendaman air yang
menggenang dalam waktu yang lama. Pastinya mengganggu proses produksi.
Jika dalam kondisi normal pengrajin dapat memproduksi satu kain batik
dalam waktu empat sampai lima hari, sedangkan dalam kondisi seperti saat
ini, produksi kain batik memerlukan waktu setidaknya sepuluh hari.
“Selain
itu, risiko produksi juga tinggi. Misalnya saat dijemur tidak hati-hati
bisa jatuh, dan harus ulang prosesnya. Atau jika menggunakan obat
reaktif, terkena sedikit air saja bisa pudar dan harus mengeluarkan
ongkos lagi untuk produksi ulang,” tuturnya.
Dengan
segala risiko itu, pengusaha batik pada kondisi normal dapat
memproduksi 30 sampai 100 kodi, kini hanya bisa memproduksi maksimal 20
sampai 70 kodi kain batik.
Dengan
produksi yang mengalami penurunan, berdampak juga pada tenaga kerja
yaitu buruh batik. Mereka tak akan berangkat satu minggu penuh. Sebab
dikatakan Sodikin, rata-rata pengrajin batik hanya produksi lima hari
atau enam hari dalam seminggu, tetapi setiap harinya tidak penuh.
Batik Cirebon
- Diakui Sodikin, kondisi demikian sudah menjadi siklus alam, dan akan
terjadi setiap tahun. Artinya, pengrajin batik akan selalu mengalami
fase penurunan produksi dalam waktu tertentu. “Makanya kami tetap
berharap turun tangan pemerintah. Setidaknya untuk membantu mengatasi
banjir di sini,” harap dia.
Terpisah,
Kabid Koperasi dan UMKM pada Disperindagkop dan UMKM, Edi Harsoyo saat
dikonfirmasi mengenai keluhan pengrajin tersebut menyatakan, bahwa untuk
bulan-bulan ini bisnis batik memang mengalami penurunan.
Bukan hanya
karena faktor cuaca, banyak faktor lain yang membuat penurunan mencapai
20 persen. “Cuaca hanya salah satunya, seperti di Pasirsari. Tapi kalau
secara umum penyebabnya banyak, termasuk bahan baku yang naik, faktor
adanya Pileg dan Pilpres tahun lalu hingga dampak kebakaran Pasar
Klewer. Ada penurunan tapi masih dalam tahap wajar. Itu masukan dari
temen-temen pengusaha,” terangnya.
Menurut
Edi, kondisi demikian memang sudah menjadi siklus tahunan di mana pada
bulan-bulan tertentu batik akan loyo dan akan kembali naik saat ada
momentum tertentu. Tapi diakuinya, penurunan yang terjadi tahun ini
lebih parah dari tahun sebelumnya. “Saya juga cek di Pasar Grosir Setono
dan hasilnya sama. Di sana juga terjadi penurunan. Kondisi seperti ini
berarti merata,” tandasnya.( Batik Cirebon )
0 komentar:
Posting Komentar