Batik Cirebon
- Mengajak mahasiswa Jepang membatik dan berdiskusi tentang adat
istiadat keraton Jawa. Itulah beberapa cara Universitas Sebelas Maret
(UNS) memperkenalkan budaya Jawa ke masyarakat luas, termasuk
mancanegara.
Demi
mengenalkan sekaligus melestarikan budaya keraton di mata dunia, Pusat
Studi Javanologi LPPM Universitas Sebelas Maret (UNS) mengadakan seminar
internasional dengan tema utama "Royal Lifestyle". Tema ini diangkat
karena gaya hidup Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran masa lampau
sempat menjadi trendsetter bagi masyarakatnya.
Batik Cirebon -
Pembicara dari Pura Mangkunegaran KRMH. Daradjadi Gondodiprojo,
mengatakan bahwa telah terjadi suatu perubahan dalam Pura Mangkunegara.
Dalam materi berjudul "Gaya Hidup Bangsawan Mangkunegaran Tahun
1870-1944", dia memaparkan berbagai perubahan tradisi dalam Pura
Mangkunegaran.
"Para
bangsawan yang semula berada dalam lingkup masyarakat tradisional,
berubah menjadi anggota masyarakat modern," kata Daradjadi seperti
dikutip dari laman resmi UNS, Senin (23/2/2015).
Perubahan
tersebut, kata Daradjadi, disebabkan penyesuaian gaya hidup yang
dilakukan para bangsawan keraton. "Mereka menyesuaikan gaya hidup dengan
kondisi kehidupan yang dihadapi melalui percampuran kebudayaan
tradisional dengan kepentingan pribadi dan masyarakat luas," ujarnya.
Batik Cirebon
- Seminar internasional yang bertajuk "Penguatan Nilai dan Pengembangan
Tradisi Keraton pada Era Industri Budaya Antarbangsa" ini juga
menghadirkan pembicara dari Kokushikan University, Jepang, Prof.
Makasatsu Tozu. Guru besar Kokushikan University tersebut mengatakan
bahwa dia tidak terlalu asing dengan ritual menanam dan menuai padi yang
diselenggarakan oleh keraton.
"Di
Jepang sendiri, ritual yang paling penting adalah ritual menanam padi.
Kaisar sendiri menanam padi, memanen padi, dan mempersembahkan hasil itu
kepada dewa-dewa," kata Tozu.
Sehari
sebelumnya, para pembicara dan beberapa peserta diajak untuk mengenal
budaya Jawa lebih dalam di keraton. Mereka diberi kesempatan untuk
menyicipi serta melihat proses produksi jamu. Tidak hanya itu, mereka
juga diajak berkenalan dengan batik, melihat langsung melihat proses
produksi, belajar membatik dan tentu saja berbelanja batik. Selepas itu
mereka menghadiri jamuan makan malam dari Pura Mangkunegaran.
"Batik memliki kekuatan bagi yang mengenakan," ujar Tozu tatkala dia dajak melihat batik di Sukoharjo.
Seminar
yang dihadiri 150 peserta tersebut, tidak hanya menghadirkan Daradjadi
dan Tozu sebagai pembicara. Kegiatan yang digelar di kampus UNS ini juga
turut mengundang, Mr Hoosho dari Kyoto Jepang, Dr Bahtiar Mohamad dari
UUM Malaysia, Prof Drs Pawito, PhD dari Javanologi LPPM UNS dan KGPH
Puger dari Keraton Kasunanan, sebagai pembicara.( Batik Cirebon)
Sumber : Okezone
0 komentar:
Posting Komentar