Batik Cirebon
- Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang disepakati
para pemangku kepentingan di bidang batik diharapkan menjadi semangat
industri dalam negeri untuk menguasai pasar dunia.
"Itu
sebabnya kami beri perhatian agar seperti juga yang dibahas dengan
Kementerian Tenaga Kerja, batik menggunakan sertifikasi dengan
kompetensi yang didasari SKKNI," ujar Dirjen Industri Kecil Menengah
Euis Saedah di Jakarta, Jumat.
Batik Cirebon
- Euis mengatakan, Indonesia sempat menjalin kerja sama dengan pihak
Jepang untuk lebih menjadikan batik Indonesia tidak hanya menjadi tuan
rumah di negaranya sendiri, melainkan mampu menguasai pasar dunia.
"Apalagi
jenis batik yang menggunakan pewarna alam, beberapa kali kami juga
bekerjasama dengan pihak Jepang, terutama untuk memodernisasi batik yang
sudah dibuat Indonesia," ujar Euis.
Batik
Cirebon - Namun, lanjutnya, Pemerintah Indonesia cenderung berhati-hati
melakukan berbagai kerjasama tersebut, agar tetap memperoleh nilai
tambah dan tidak semata-mata hanya pihak Jepang yang menarik manfaat
dari kerjasama tersebut.
Menurut
Euis, sebelumnya, Kemenperin melakukan segmentasi batik untuk
mewujudkan hal tersebut, seperti batik yang digunakan untuk masuk
sekolah yakni batik dengan tema pendidikan, sehingga yang dominan adalah
peranan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ada
juga batik industri, di mana usaha batik mampu mencetak tenaga kerja
ribuan orang dan juga menjadi sentra industri di sejumlah provinsi, dan
di sini Kemenperin banyak memberi andil. Terakhir batik sebagai unsur
kreatif, di mana saat itu yang banyak berperan adalah dari Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Namun demikian segmentasi tidak mendapat
tanggapan positif dari berbagai kalangan. ( Batik Cirebon )
0 komentar:
Posting Komentar