Batik Cirebon -
Belasan perajin batik Sukabumian, Minggu (18/1/2015) kini dibuat resah.
Mereka mencemaskan aktivitas yang digeluti bertahun-tahun terancam
gulung tikar seiring merebaknya batik printing atau batik sablon. Usaha
para pembatik yang sebagian besar para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM)
yang tersebar di Kota dan Kabupaten Sukabumi itu, dikhawatirkan lambat
laun terisisih.
Mereka tidak berdaya menghadapi para pengusaha batik printing
atau batik katun bermotif batik yang melakukan pemasaran secara
sistimatik. Apalagi para pembatik sablon tidak hanya mengincar pemasaran
masyarakat umum, tapi masuk ke sekolah-sekolah hingga perkantoran
pemerintah dan swasta.
“Bila
pemerintah tidak segera turun tangan membantu para pembatik
tradisional, diperkirakan keberadaan batik tradisonal hanya tinggal
menunggu waktu. Keberadaan batik Sukabumian terancam hanya tinggal
kenangan, karena tersisih batik sablon,” kata Pembatik Sukabumian,
Tenny, Minggu (18/1/2015).
Batik Cirebon
- Sebenarnya, lanjut Tenny, ancaman aktivitas pengusaha batik sablon
mulai dirasakan sudah cukup lama. Tetapi ancaman semakin meningkat
ketika pemerintah mulai mengoptimalkan keberadaan batik Sukabumian
kepada masyarakat. Para pengusaha batik sablon memamfaatkan peluang
sosialisasi pemerintan terhadap kain batik secara sporadis.
“Mereka
memamfaatkan ketidaktahuan masyarakat terhadap batik saat pemerintah
gencar memasarkan batik. Sehingga masyarakat mengira kain yang dipakai
untuk aktivitas dikantor dan saat menghadiri helatan acara merupakan
kain batik. Padahal kain yang dipergunakan sebagian besar kain yang di
sablon bermotif batik,” ujarnya.
Selain
kehadiran batik sablon, menurut Tenny, ternyata eksistensi batik
tradisional terkendala karena regenerasi. Keterbatasan sumber daya
manusia (SDM) para pembatik menyebabkan kesinambungan batik Sukabumi
berjalan statis. “Para pembatik terutama generasi muda sangat terbatas.
Dan kalaupun ada harus terus diasah agar berkualitas dalam membatik,”
tambahnya.( Batik Cirebon )
0 komentar:
Posting Komentar