Batik Cirebon
- Duduk di atas lantai, perempuan itu mengangkat salah satunya kaki. Di
sela-sela jemari kaki yang terangkat terselip canting berisi malam
panas. Matanya awas menatap selembar kain putih yang dipampang di
depannya. Seperti menari, canting di kaki itu bergerak mengikuti alur
pola batik.
Sesekali,
perempuan yang memiliki nama lengkap Ayu Tri Handayani mengangkat kaki
lebih tinggi dan mendekatkan ke arah mulut. Ayu merasa perlu memberikan
beberapa tiupan pada malam yang baru diangkat dari atas wajan panas.
Sedikit
demi sedikit pola batik mulai nampak jelas ketika peluh mulai merembes
di keningnya. Spontan dia mengusap keningnya dengan lengan kirinya yang
teramat kecil dibanding tubuhnya. Ayu, perempuan yang lahir 9 Februari
1991 itu memang tak memiliki dua lengan yang sempurna.
Lengan
kirinya kecil. Bahkan di bagian kanan nyaris tak berlengan. Meski
demikian, dia merasa tak memiliki halangan untuk berkreasi. Bahkan
batik-batik yang dia hasilkan memiliki nilai yang cukup mahal.
“Ada yang laku sekitar Rp.1-5 Juta , bahkan ada yang laku Rp.15 Juta” kata pemilik nama lengkap Ayu Trihandayani ini.
Ketrampilan
Ayu membatik dengan menggunakan kaki itu tidak datang dengan tiba-tiba.
Ketekunan dan keuletannya untuk terus berlatih lah yang membuat Ayu
mampu membatik layaknya pembatik yang menggunakan tangannya. Terlahir
sebagai penyandang disabilitas, Ayu mengaku sempat dihinggapi rasa
rendah diri terhadap lingkungannya.
“Diejek
ya sering, tapi lama-lama diam sendiri, karena mereka yang mengejek
saya tidak tahu dibalik kekurangan itu terdapat suatu kelebihan yang
orang lain tidak bisa melakukanya.” kata dia mengenang masa kecilnya.
Batik Cirebon
- Kemampuan Ayu membatik terasah tatkala mengikuti sebuah pelatihan
yang diselenggarakan Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo. Ketika
itu, Ayu yang hendak bersekolah setingkat SLTA di yayasan tersebut,
namun belum masa pendaftaran siswa baru.
“Sebenarnya waktu itu saya
sudah ikut pelatihan membuat wadah tisu dan kerajinan mote, tetapi
ketika sekolahan mengadakan pelatihan dan saya dipilih bersama tiga
orang teman saya untuk ikut pelatihan membatik,” kata dia.
Ayu
mengakui tidak mudah membatik dengan menggunakan kaki. Awalnya, dia
kesulitan untuk menjepit canting yang besarnya seukuran spidol itu.
Apalagi berisi malam panas. Di awal-awal belajar membatik, bahkan
kulitnya sering melepuh karena tersiram malam.
“Saya
merasa tertantang untuk dapat membatik dengan menggunakan kaki saya.
Dulu butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan selembar kain,
sekarang kalau motif sederhana cukup satu pekan,” ujarnya.
Selepas
SMA YPAC, ayahnya, Sarwono mengenalkan Ayu pada salah seorang
tetangganya yang memiliki usaha batik. Ayu yang sudah memiliki
pengetahuan dasar membatik semakin bergairah untuk mengasah
kemampuannya. Dari pengusaha batik bernama Abu Bakar, Ayu disediakan
kain yang telah berisi pola. Ayu meneruskannya dengan mengisi malam
sebelum dikembalikan untuk diberi pewarnaan.
“Pak Abu Bakar membimbing saya untuk meningkatkan kemampuan membatik,” ujarnya.
Dari
sekadar mengisi malam di atas pola yang sudah dibuat, akkhirnya Ayu
mampu membuat batik tulis sendiri. Karya-karyanya pun diikutkan oleh Abu
Bakar dalam berbagai pameran.
Batik Cirebon
- Menurut Ayu, dia pernah mengisi pameran semacam INACRAFT dan Gelar
Batik Nusantara yang merupakan pameran bertaraf internasional. Dalam
salah satu pameran di tahun 2013, Ayu bahkan mendapatkan kunjungan
kehormatan dari presiden kala itu, Susilo Bambang Yudhono beserta ibu
negara Ani Yudhono.
Penghasilan
dari membatik diakui Ayu cukup lumayan. Namun bagi anak kedua dari
empat bersaudara ini, yang lebih penting lagi adalah dirinya merasa
lebih percaya diri setelah memiliki ketrampilan membatik. Menurut Ayu,
sekarang ini dirinya tak kesulitan mendapatkan teman. Bahkan Ayu mengaku
dengan membatik dirinya berkesempatan bepergian ke luar kota hingga
bertemu dengan presiden.
Dalam
pandangan Ayu, batik tak sekadar seni adi luhung tetapi juga dapat
melahirkan semangat dan kepercayaan diri sehingga rasa minder yang
pernah dirasakannya saat masih kecil karena menjadi penyandang
disabilitas pun lenyap. Ayu pun berharap, semangat untuk berkarya dapat
menular ke rekan-rekannya sesama penyandang disabilitas. Menurut dia,
dengan keterbatasan yang dimiliki seorang tetap dapat berbuat sesuatu.( Batik Cirebon )
0 komentar:
Posting Komentar