Batik Cirebon
- Pembuatan wastra batik bisa dilakukan dengan menggunakan cara modern
yang tetap mempertahankan ciri khas tradisional, seperti dengan sablon.
Hal tersebut bisa menjadi metode untuk mempertahankan batik sebagai
warisan budaya Indonesia dan pada saat bersamaan menghemat waktu
produksi.
Contohnya adalah Sugeng Wijayanto (22), mahasiswa
Jurusan Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa
Tengah, yang memenangi kompetisi merancang batik yang diadakan Taiwan
Excellence. Ia menggunakan teknik sablon untuk membuat pola batik di
atas kain.”Bedanya, cat sablon saya ganti dengan malam cair. Jadi, tetap memenuhi persyaratan pembuatan batik,” kata Sugeng dalam acara pengumuman pemenang lomba di Jakarta, Kamis (13/11).
Ia mengatakan, menggabungkan cara modern dan tradisional dalam membuat batik memberikan variasi baru yang menambah keunikan seni tersebut. Pada saat bersamaan, itu juga memberdayakan perajin batik.
Batik Cirebon - Pertama-tama, pola dirancang dengan menggunakan komputer. Setelah itu, pola disablon ke kain sutra dan primis yang masing- masing berukuran 100 cm x 190 cm. Berikutnya, Sugeng dan seorang perajin batik yang dia pekerjakan, mewarnai kain-kain itu menggunakan alat bernama jegul. Alat ini berbentuk seperti pulpen logam yang bisa diisi oleh malam atau bahan pewarna. Keseluruhan proses pembuatan memakan waktu satu pekan.
Anggota dewan juri yang juga perancang busana batik Nonita Respati mengatakan, dalam membuat batik, pakem yang harus dipatuhi adalah menggunakan lilin malam sebagai perintang dan pewarna. Di samping itu, prosesnya juga harus menggunakan tangan. ”Kain yang dicetak dengan mesin bukanlah batik, tetapi tekstil bercorak batik,” kata Nonita.
Kompetisi merancang batik ini diadakan melalui Taiwan Excellence, sebuah program milik Taiwan External Trade Development Council (Taitra). Manajer Taitra Jakarta Wayne Lee mengungkapkan, Taiwan Excellence adalah pengakuan mutu bagus yang diberikan Pemerintah Taiwan.(batik cirebon)
0 komentar:
Posting Komentar