Batik Cirebon
- Kreatif dan semangat, barangkali itulah gambaran sosok Kang Mule. Di
usianya yang masih muda 32 tahun, pria asal Subang ini berani
mengeluarkan rancangan batik lain dari pada yang lain. Desain
rancangannya memang sesuai imajinasi yang ada di benak kepalanya.
Tak
heran, desain kain batik polesannya bisa mengangkat persoalan anti
korupsi, superhero Ultra Man, moralitas dan isu lain yang idenya ia
dapat di lingkungan masyarakat.
Sejak lulus dari Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil (STTT) Bandung tahun 2004, Kang Mule sudah jadi tenaga
suka rela di Museum Tekstil, Jakarta.
“Sebenarnya ingin
melanjutkan ke Newcastle University Inggris tapi tidak bisa ke sana.
Back ground saya yang dari jurusan Teknik Tekstil membuat saya tertarik
untuk volunteer di Museum Tekstil. Kurang lebih dua tahunlah, saya jadi
volunteer di Museum Tekstil. Baru akhirnya di tahun 2007, saya masuk ke
industri dengan mengembangkan core bisnis jasa dan produk,” ujar pria
yang wajahnya selintas mirip Ariel ‘Noah’ usai pembukaan Festival Batik
Nusantara di Museum Tekstil, Selasa (9/12/2014).
Batik Cirebon
- Menurut Kang Mule yang punya nama lengkap Mulyawan Kurnia S.ST,
awalnya ia berani terjun ke industri dan mengeluarkan brand rancangan
batiknya karena termovitasi saat mengajar di Sekolah Desain Susan
Budiharjo di tahun 2006. Ia banyak mengajarkan soal desain kepada
murid-murid di sekolah tersebut. Namun di benaknya sempat terbersit,
kapan ia bisa buat karya sendiri.
“Karena saya ingin menjadi
something di hidup saya, bukan hanya nothing. Kurang lebih setahun
mengajar di sana, saya putuskan saya mesti terjun langsung untuk membuat
karya. Lewat merek aa ade. Nama ini sesuai dengan kehidupan saya
bersaudara kembar dengan saudara saya Mulyana Kurnia yang seorang atlet
pegulat. Panggilan dia aa dan saya adenya. Jadilah aa ade,” jelas pria
ramah ini.
Rancangan kain batik Kang Mule memang berbeda. Di luar
pakem yang sudah ada, begitu yang dilontarkan Kang Mule. Batik memang
mengenal tradisi pedalaman dan pesisir. Di rancangan kain batik Kang
Mule inilah ia banyak bermain di luar pakem.
“Apa yang terjadi di
lingkungan sekitar, saya tertarik untuk saya tuangkan di atas bahan kain
batik. Semisal batik anti koruptor, motifnya saya buat tikus sang
koruptor dengan kertas uang serta gambaran pisau yang tumpul. Ada juga
motif timbangan yang menggambarkan ketidakadilan. Batik gaplek, dari
permainan orang-orang yang gemar main gaplek. Bisa mudah kita temui di
jalanan, gang atau tempat nongkrong lainnya. Ada juga motif domino,
cepot, kina dari pohon kina untuk obat malaria, merak ngibing, gedung
sate, kujang pamor. Ada sekitar ratusan desain kain batik yang saya buat
di luar pakem yang sudah ada,” papar Kang Mule yang memiliki 30 orang
karyawan ini.
Harga kain batik rancangannya mulai dari Rp150.000
hingga Rp3 jutaan. Namun ada juga kain batik yang ia lelang dan dibeli
salah satu petinggi partai. Kain yang terjual Rp30 juta itu bermotifkan
anti korupsi.
“Yang jelas selain motif di luar pakem, saya juga
punya karakter sendiri di warna-warna kain saya. Yaitu warna anti
pembodohan, warna gelap itu kesannya seperti bodoh, hitam, coklat.
Sementara saya buat warna yang mengambarkan karakter cerdas dengan warna
yang lebih ceria dan berani, seperti warna pelangi, ada merah, kuning,
biru, hijau dan lainnya,” katanya.
Tak hanya di Indonesia, karya
batiknya diminati, masyarakat luar juga mulai tertarik. Makanya Kang
Mule sudah punya pelanggan di Singapura, Malaysia, Nigeria dan Kanada.
Sementara yang sudah rutin berlangganan batiknya adalah beberapa
perusahaan dan perkantoran. Untuk di mal, ia baru buka di Blok M Plaza
dan dipasarkan juga melalui dalam jaringan (batik cirebon).
0 komentar:
Posting Komentar