Batik Cirebon
- Kekayaan dan keindahan kain di Indonesia sudah tidak diragukan lagi.
Dari Sabang sampai Merauke, memiliki ciri khas tersendiri. Mulai dari
batik, tenun, hingga songket.
Ketika
benang dipintal dan berubah menjadi selembar kain, salah satu tahap
yang mempercantik kain tersebut adalah pewarnaan. Pada umumnya, yang
digunakan sebagai pewarna tekstil adalah bahan kimia, atau sintetis.
Namun, dedaunan dan akar-akaran bisa menjadi alternatif yang lebih baik.
Seperti yang dilakukan oleh Florentini, atau yang akrab di sapa Ibu Flo
dengan nama Flo Natural Dyes.
Didorong
keinginan untuk terus melestarikan budaya warisan nenek moyang, juga
sebagai ungkapan bentuk kepeduliannya pada kelestarian lingkungan, Flo
pun tergerak untuk membuat kain batik dengan menggunakan pewarna alami.
"Waktu itu lagi booming back to nature,
akhirnya kita ada khusus mewarnai di bale batik. Kita buat dan
produksi. Kita bawa ke pameran ternyata animo pelanggan tinggi dan kita
jadi pede," kata Flo saat ditemui VIVAlife, di pameran Crafina di JCC, Jakarta Selatan.
Batik Cirebon
- Flo menambahkan bahwa alasan menggunakan pewarna alam, karena untuk
mengurangi limbah yang dihasilkan oleh pewarna sintetis. Bila tidak
pandai mengelolanya, bisa mencemari lingkungan dan para pekerja terkena
imbasnya.
Warna-warna
alam yang biasa dipakai oleh batik yang diproduksi di Yogyakarta ini
diantaranya biru, hijau, kuning, cokelat, abu-abu hingga krem.
Warna-warna itu dihasilkan dari beragam tanaman.
"Semua
tanaman sebenarnya bisa. Tetapi, kadar warna yang keluar tiap daun,
atau kayu itu berbeda-beda. Biasanya, kita pakai daun mangga, atau daun
jati," jelasnya.
Untuk
warna biru, jelas Flo, dikeluarkan dari tanaman tom atau indigo, hijau
dengan daun mangga, abu-abu dari daun rambutan dan kuning memakai kayu
nangka.
Batik
Cirebon - Proses pengeluaran warnanya dilakukan dengan cara direbus.
Flo menjelaskan bahwa biasanya dari 10 kilogram daun, yang bisa
dilakukan pewarnaan hanya satu kilogram. Setelah itu, kain dicelup
selama 8-16 kali. Untuk warna biru, prosesnya sedikit berbeda karena
dilakukan dengan cara fermentasi.
Setelah dicelup, proses berikutnya adalah dijemur. Proses ini biasanya dilakukan saat musim kemarau.
"Kalau pas musim hujan, jadi masalah kan, satu kali celup aja kan nggak cukup. Kalau yang ada malamnya ini, nggak mungkin panas-panas, jadi bisa leleh. Kalau yang polos masih bisa," kata Flo.
Ia pun menambahkan, warna yang dihasilkan dari matahari langsung dan hanya diangin-anginkan akan berbeda. ( batik Cirebon )
0 komentar:
Posting Komentar