Batik Cirebon
- Perancang busana muslim asal Surabaya, Lia Afif, kembali mengeluarkan
koleksi busana muslim untuk akhir tahun. Saat ditemui Surya online pada
event Batik Fashion Festival di ITC Surabaya 9 November lalu, Lia
memadukan batik Nganjuk dengan baju gamis yang luwes menjadi sesuatu
yang aplikatif sekaligus menyegarkan.
Batik
Nganjuk dibentuk menjadi blazer cantik yang fungsional. Kesan formal
sekaligus fresh muncul karena tak banyak aplikasi aksesoris yang
digunakan.
Motif
batik Nganjuk yang banyak mengandung unsur flora, stupa, dan monument
anjuk ladang (jayastamba) coba dipadukan LIa dengan konsep Islami namun
dengan sentuhan modern.
Batik Cirebon
- Lia menyebut, koleksi signature penutup tahunnya ini sebagai Heritage
of Jayastamba, atau evolusi batik Nganjuk menjadi busana muslim yang
syar’i.
“Hebatnya batik, pasti bisa dipadukan dengan segala jenis pakaian,” kata Lia beberapa waktu lalu.
Lia
menuturkan menggunakan batik Nganjuk pada rancangannya kali ini karena
nuansa warna-warna alamnya yang mampu memberikan kesan segar ketika
dilihat.
Kesan
segar ini, lanjutnya, cocok digunakan untuk menutup akhir 2014 dengan
keceriaan, sekaligus sebagai sebuah harapan tahun yang gemilang.
Baju
gamis kerah berbahan sifon terlihat luwes ketika diperagakan di atas
panggung. Lia ingin menonjolkan sisi perempuan muslim yang dinamis dari
efek kibaran gamis yang melambai-lambai. Blazer batik Nganjuk yang
diberi sedikit payet menambah kesan anggun.
Lia
menuturkan memakai pakaian muslimah tak harus sophisticated. Paduan
gamis dan blazer sudah lebih dari cukup dikenakan untuk berbagai
keperluan.
“Rancangan
ini sebagai pembuka untuk rancangan saya 2015 mendatang yang lebih
simple, dinamis, fungsional, namun tetap feminim, anggun, aplikatif, dan
tetap syar’i tentu saja,” sambungnya.
Dominasi
warna peach, ungu, dan hijau army, batik Nganjuk semakin terlihat
cantik dengan permainan aplikasi sengkelit, yaitu permainan kain yang
dililit mirip sumbu dan dibentuk sedemikan rupa sebagai aksesoris
penunjang.
Permainan
sengkelit ini ditaruh di beberapa bagian, seperti dada, pinggang,
leher, dan pemanis hijab untuk menampilkan kesan feminism.
“Saya
memang sengaja tidak menggunakan aksesoris kalung atau gelang. Batiknya
sendiri sudah ramai, saya pikir, tambahan aksen cukup dengan permainan
sengkelit ini,” ujarnya. (batik Cirebon)
0 komentar:
Posting Komentar