Banner

Kamis, 29 Januari 2015

Batik Cirebon - Ayu Merasa Lebih Percaya Diri Berkat Batik

Batik Cirebon
Ayu Trihandayani (24) Pembatik Disabilitas Asal Solo, Jawa Tengah
Batik Cirebon - Duduk di atas lantai, perempuan itu mengangkat salah satunya kaki. Di sela-sela jemari kaki yang terangkat terselip canting berisi malam panas. Matanya awas menatap selembar kain putih yang dipampang di depannya. Seperti menari, canting di kaki itu bergerak mengikuti alur pola batik.

Sesekali, perempuan yang memiliki nama lengkap Ayu Tri Handayani mengangkat kaki lebih tinggi dan mendekatkan ke arah mulut. Ayu merasa perlu memberikan beberapa tiupan pada malam yang baru diangkat dari atas wajan panas.

Sedikit demi sedikit pola batik mulai nampak jelas ketika peluh mulai merembes di keningnya. Spontan dia mengusap keningnya dengan lengan kirinya yang teramat kecil dibanding tubuhnya. Ayu, perempuan yang lahir 9 Februari 1991 itu memang tak memiliki dua lengan yang sempurna.

Lengan kirinya kecil. Bahkan di bagian kanan nyaris tak berlengan. Meski demikian, dia merasa tak memiliki halangan untuk berkreasi. Bahkan batik-batik yang dia hasilkan memiliki nilai yang cukup mahal.

“Ada yang laku sekitar Rp.1-5 Juta , bahkan ada yang laku Rp.15 Juta” kata pemilik nama lengkap Ayu Trihandayani ini.

Ketrampilan Ayu membatik dengan menggunakan kaki itu tidak datang dengan tiba-tiba. Ketekunan dan keuletannya untuk terus berlatih lah yang membuat Ayu mampu membatik layaknya pembatik yang menggunakan tangannya. Terlahir sebagai penyandang disabilitas, Ayu mengaku sempat dihinggapi rasa rendah diri terhadap lingkungannya.

“Diejek ya sering, tapi lama-lama diam sendiri, karena mereka yang mengejek saya tidak tahu dibalik kekurangan itu terdapat suatu kelebihan yang orang lain tidak bisa melakukanya.” kata dia mengenang masa kecilnya.

Batik Cirebon - Kemampuan Ayu membatik terasah tatkala mengikuti sebuah pelatihan yang diselenggarakan Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo. Ketika itu, Ayu yang hendak bersekolah setingkat SLTA di yayasan tersebut, namun belum masa pendaftaran siswa baru. 

“Sebenarnya waktu itu saya sudah ikut pelatihan membuat wadah tisu dan kerajinan mote, tetapi ketika sekolahan mengadakan pelatihan dan saya dipilih bersama tiga orang teman saya untuk ikut pelatihan membatik,” kata dia.

Ayu mengakui tidak mudah membatik dengan menggunakan kaki. Awalnya, dia kesulitan untuk menjepit canting yang besarnya seukuran spidol itu. Apalagi berisi malam panas. Di awal-awal belajar membatik, bahkan kulitnya sering melepuh karena tersiram malam.

“Saya merasa tertantang untuk dapat membatik dengan menggunakan kaki saya. Dulu butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan selembar kain, sekarang kalau motif sederhana cukup satu pekan,” ujarnya.

Selepas SMA YPAC, ayahnya, Sarwono mengenalkan Ayu pada salah seorang tetangganya yang memiliki usaha batik. Ayu yang sudah memiliki pengetahuan dasar membatik semakin bergairah untuk mengasah kemampuannya. Dari pengusaha batik bernama Abu Bakar, Ayu disediakan kain yang telah berisi pola. Ayu meneruskannya dengan mengisi malam sebelum dikembalikan untuk diberi pewarnaan.

“Pak Abu Bakar membimbing saya untuk meningkatkan kemampuan membatik,” ujarnya.

Dari sekadar mengisi malam di atas pola yang sudah dibuat, akkhirnya Ayu mampu membuat batik tulis sendiri. Karya-karyanya pun diikutkan oleh Abu Bakar dalam berbagai pameran.

Batik Cirebon - Menurut Ayu, dia pernah mengisi pameran semacam INACRAFT dan Gelar Batik Nusantara yang merupakan pameran bertaraf internasional. Dalam salah satu pameran di tahun 2013, Ayu bahkan mendapatkan kunjungan kehormatan dari presiden kala itu, Susilo Bambang Yudhono beserta ibu negara Ani Yudhono.

Penghasilan dari membatik diakui Ayu cukup lumayan. Namun bagi anak kedua dari empat bersaudara ini, yang lebih penting lagi adalah dirinya merasa lebih percaya diri setelah memiliki ketrampilan membatik. Menurut Ayu, sekarang ini dirinya tak kesulitan mendapatkan teman. Bahkan Ayu mengaku dengan membatik dirinya berkesempatan bepergian ke luar kota hingga bertemu dengan presiden.

Dalam pandangan Ayu, batik tak sekadar seni adi luhung tetapi juga dapat melahirkan semangat dan kepercayaan diri sehingga rasa minder yang pernah dirasakannya saat masih kecil karena menjadi penyandang disabilitas pun lenyap. Ayu pun berharap, semangat untuk berkarya dapat menular ke rekan-rekannya sesama penyandang disabilitas. Menurut dia, dengan keterbatasan yang dimiliki seorang tetap dapat berbuat sesuatu.( Batik Cirebon )

0 komentar:

Posting Komentar