Banner

Minggu, 30 November 2014

Batik Cirebon - Batik warna alami Giriloyo disukai konsumen

Batik Cirebon - Batik tulis dengan pewarnaan alami di sentra kerajinan batik tulis Giriloyo, Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, makin banyak digemari konsumen dari dalam dan luar daerah.
"Batik tulis dengan warna alami tersebut dinilai lebih nyaman dan sehat dipakai daripada kain batik dengan pewarna sintetis," kata Ketua Paguyuban Perajin Batik Tulis Giriloyo Nur Ahmadi di Yogyakarta, Jumat.
Ia mengatakan batik tulis karya perajin dengan pewarna alami menjadi ciri khas produk batik Giriloyo, Imogiri.
Perajin batik di desa itu tidak menggunakan pewarna sintetis, karena mereka ingin menjaga kualitas lingkungan dan melestarikan tradisi batik tulis Imogiri.
Selaian itu, kata dia, mereka masih mempertahankan penggunaan pewarna alami untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Para perajin tetap mempertahankan penggunaan pewarna alami dari tumbuhan yang ada di wilayah itu
"Dengan demikian, produk kerajinan batik tulis Giriloyo memiliki kekhasan sendiri, karena diproduksi dengan pewarna alami dari bahan tanaman dan tumbuhan yang ada di sekitar wilayah sentra kerajinan batik tersebut," katanya.
Batik Cirebon - Menurut dia, produk batik warna alam menggunakan bahan-bahan dari tumbuhan seperti buah Joho, kayu nangka, pelepah pisang, kesumba, daun putri malu, kulit kayu tingi, kulit kayu mahoni, dan hindigo vera.
"Warna merah dihasilkan dari kulit kayu tingi dan mahoni, warna kuning dari kayu nangka dan buah joho, merah jambu dari putri malu, cokelat dari pelepah pisang, dan biru dari tanaman hindigo vera," katanya.
Menurut dia, Giriloyo adalah dusun di wilayah Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, terletak sekitar 17 kilometer arah selatan Kota Yogyakarta.
"Sampai kini anggota paguyuban perajin batik Giriloyo tercatat 700 orang yang terbagi dalam 15 kelompok perajin," kata Nur Ahmadi.( Batik Cirebon )

Sabtu, 29 November 2014

Batik Cirebon - Menilik Pewarnaan Batik Berbasis Alam

Batik Cirebon - Kekayaan dan keindahan kain di Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Dari Sabang sampai Merauke, memiliki ciri khas tersendiri. Mulai dari batik, tenun, hingga songket.
Ketika benang dipintal dan berubah menjadi selembar kain, salah satu tahap yang mempercantik kain tersebut adalah pewarnaan. Pada umumnya, yang digunakan sebagai pewarna tekstil adalah bahan kimia, atau sintetis. Namun, dedaunan dan akar-akaran bisa menjadi alternatif yang lebih baik. Seperti yang dilakukan oleh Florentini, atau yang akrab di sapa Ibu Flo dengan nama Flo Natural Dyes.
Didorong keinginan untuk terus melestarikan budaya warisan nenek moyang, juga sebagai ungkapan bentuk kepeduliannya pada kelestarian lingkungan, Flo pun tergerak untuk membuat kain batik dengan menggunakan pewarna alami.
"Waktu itu lagi booming back to nature, akhirnya kita ada khusus mewarnai di bale batik. Kita buat dan produksi. Kita bawa ke pameran ternyata animo pelanggan tinggi dan kita jadi pede," kata Flo saat ditemui VIVAlife, di pameran Crafina di JCC, Jakarta Selatan.
Batik Cirebon - Flo menambahkan bahwa alasan menggunakan pewarna alam, karena untuk mengurangi limbah yang dihasilkan oleh pewarna sintetis. Bila tidak pandai mengelolanya, bisa mencemari lingkungan dan para pekerja terkena imbasnya.
Warna-warna alam yang biasa dipakai oleh batik yang diproduksi di Yogyakarta ini diantaranya biru, hijau, kuning, cokelat, abu-abu hingga krem. Warna-warna itu dihasilkan dari beragam tanaman.
"Semua tanaman sebenarnya bisa. Tetapi, kadar warna yang keluar tiap daun, atau kayu itu berbeda-beda. Biasanya, kita pakai daun mangga, atau daun jati," jelasnya.
Untuk warna biru, jelas Flo, dikeluarkan dari tanaman tom atau indigo, hijau dengan daun mangga, abu-abu dari daun rambutan dan kuning memakai kayu nangka.
Batik Cirebon - Proses pengeluaran warnanya dilakukan dengan cara direbus. Flo menjelaskan bahwa biasanya dari 10 kilogram daun, yang bisa dilakukan pewarnaan hanya satu kilogram. Setelah itu, kain dicelup selama 8-16 kali. Untuk warna biru, prosesnya sedikit berbeda karena dilakukan dengan cara fermentasi.
Setelah dicelup, proses berikutnya adalah dijemur. Proses ini biasanya dilakukan saat musim kemarau.
"Kalau pas musim hujan, jadi masalah kan, satu kali celup aja kan nggak cukup. Kalau yang ada malamnya ini, nggak mungkin panas-panas, jadi bisa leleh. Kalau yang polos masih bisa," kata Flo.
Ia pun menambahkan, warna yang dihasilkan dari matahari langsung dan hanya diangin-anginkan akan berbeda. ( batik Cirebon )

Jumat, 28 November 2014

Batik Cirebon - Batik Paoman Indramayu: Sentuhan Tangan Indah Wanita Pesisir

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Jika Cirebon membunyai industri batik Trusmi dan batik dengan motif mega mendung yang sudah terkenal di dunia, Indramayu juga mempunyai industri batik dengan ciri khas tersendiri yaitu batik Paoman. Nama Paoman sendiri merupakan diambil dari sebuah tempat di Indramayu yang mayoritas masyarakatnya sangat mahir dalam hal membatik. Ironisnya, keterampilan membatik ini tidak serta merta membuat batik Paoman dikenal luas, seperti halnya batik Trusmi Cirebon.
Mungkin karena kurangnya promosi serta keterampilan membatik ini memang hanya dilakukan di waktu-waktu senggang ketika musim penghujan dimana masyarakat paoman yang notabene sebagian besar berprofesi sebagi nelayan ini sedang tidak melaut karena cuaca yang buruk dengan kata lain sebagain besar masyarakat Paoman hanya membatik pada waktu-waktu tertentu saja karena sifatnya yang home industri.
Sebenarnya batik Paoman atau dikenal juga dengan nama batik Dermayon ini mempunyai prospek yang cukup menjanjikan jika dikerjakan secara kontinuitas dan didukung dengan promosi yang luas serta bantuan modal yang memadai bagi pengrajinnya. Ini juga merupakan tanggung jawab pemerintah daerah setempat agar kedepannya industri batik di Indramayu seperti kota-kota lainnya yang sudah dikenal luas.
Motif Batik Paoman
Batik yang berciri khas pesisir, memiliki corak yang berbeda dengan batik daerah lainnya. Perpaduan antara kepercayaan, adat istiadat, seni dan lingkungan kehidupan daerah pesisir, ditambah lagi adanya pengaruh dari luar, seperti Cina, Arab dan Timur Tengah, Hindu-Jawa serta Eropa ikut memengaruhi terbentuknya motif dan karakter batik tulis pesisir.
Sentra industri kerajinan batik tulis ini terdapat di Kelurahan Paoman, Desa Pabean Udik, Kecamatan Indramayu dan desa Terusan, Sindang, Indramayu. Kualitas dari batik yang mem punyai ± 200 motif ini kini telah mampu menembus pasar internasional, terutama para kolektor batik dari mancanegara. Dari total motif diatas ada 99 motif yang telah terdaftar di Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) menjadikan Kabupaten Indramayu menjadi pelopor hak cipta batik.
Batik Cirebon - Batik Paoman merupakan batik tradisional Indramayu yang mempunyai ciri khas tersendiri karena disamping proses pembuatannya yang menggunakan teknik lukis, juga motif-motif yang dihasilkannya pun sangat tegas baik dalam teknik pewarnaan maupun ilustrasi motifnya dan sama sekali berbeda dengan motif batik yang ada di Indonesia, sekalipun dibandingkan dengan batik Trusmi yang merupakan kota tetangga sekaligus sentra batik di Cirebon.
Corak batik Paoman ini diyakini oleh beberapa ahli dipengaruhi oleh akulturasi kebudayaan dari luar dan beragam unsur seperti kepercayaan penduduknya, lingkungan dan juga adat istiadat penduduk setempat. Unsur kebudayan China merupakan salah satu kultur asing yang mudah dikenali dari beberapa motif yang tertuang dalam batik Paoman tersebut, seperti Lokcan, Banji dan burung Hong. Bagi masyarakat keturunan China, ketiga unsur tersebut merupakan simbolisasi flora dan fauna makna dari harmonisasi hubungan antara manusia dengan alamnya yang satu sama lain saling berkait.
Selain motif kultur China juga terdapat kultur dari budaya Arab dengan kaligrafi dan sawat riwe-nya. Sedangkan unsur-unsur lokal dalam corak batik Paoman berupa motif liris yang kental dengan pengaruh Hindu yang di dominasi oleh motif garis miring dan silang, atau juga disebut motif parang atau kawung.( batik cirebon )

Kamis, 27 November 2014

Batik Cirebon - Tampil Cantik dengan Kemilau Batik Alleira di Hari Natal

Batik Cirebon


Batik Cirebon - Tidak terasa Hari Natal tinggal sebulan lagi. Sebelas dua belas dengan hari besar keagamaan lainnya, Natal juga identik dengan busana baru.
Bagi Anda yang ingin tampil beda, koleksi Natal dari Alleira Batik bolehlah dilirik. Terinspirasi dari "suasana kudus di Hari Natal yang memancarkan kemilau kebahagiaan", Alleira mengusung tema "The Wondrous Night" untuk koleksi ini.
Dari tema utama ini, Alleira Batik menghadirkan koleksi busana wanita dan pria yang didominasi perpaduan palet gelap dengan palet terang ungu, hijau dan orange ditambah motif-motif bunga kontemporer yang terinspirasi dari renda-renda bermotif bunga. Kekontrasan antara warna dan motif itu menciptakan kesan elegan yang effortless alias tanpa memaksa pada pemakainya.
Sebagaimana Alleira dikenal, koleksi ini tetap hadir dalam siluet-siluet yang modern sehingga mengenakan batik terasa tidak kuno lagi. Siluet yang diusung untuk koleksi busana wanita di antaranya fitted cut, fit and flare yang memberi kesan playful, hour glass, dan longgar untuk pilihan celana. Hadir pula busana "His and Her" bagi pasangan yang ingin tampil senada.
Koleksi ini juga masih mengakomodasi ciri khas Alleira lainnya, yakni permainan gradasi warna. Namun gradasi muncul sedikit berbeda dalam sentuhan teknik shadow.
Batik Cirebon - Yang membuat koleksi ini unik adalah penggunaan bahan jacquard sebagai media membatik. Teknik ini diaplikasikan pertama kali pada koleksi "La Femme de Fleurs" yang ditampilkan dalam peragaan busana tahunan Alleira Oktober lalu.
Dijelaskan Direktur Kreatif Alleira Anita Asmaya Sanin saat ditemui Tribunnews usai peragaan, membatik di atas kain jacquard yang notabenenya bertesktur memiliki tantangan tersendiri dibanding kain-kain dengan permukaan rata yang biasa menjadi media membatik seperti katun.
Penggunanan bahan tersebut didasari pada tren mode 2015 yang mengarah pada gaya busana dengan sentuhan maskulin. Dengan karakter kain yang cenderung bervolume dan kaku, kain jacquard dan beludru dirasa tepat mengakomodasi tren tersebut tanpa meninggalkan sisi feminin.
"Jika tidak memiliki ketrampilan khusus, canting bisa goyang-goyang, hasilnya pun jadi tidak maksimal," jelas Anita.
Koleksi ini sudah tersedia di seluruh butik Alleira Batik yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia dan Asia.(batik cirebon)

Selasa, 25 November 2014

Batik Cirebon - Seniman Donna Backues Lestarikan Batik Indonesia di Amerika

Batik Cirebon
Seniman Donna Backues Lestarikan Batik Indonesia di Amerika
Batik Cirebon - Pernah tinggal di Indonesia selama 18 tahun telah membuat Donna Backues, seniman asal Amerika Serikat, cinta terhadap Indonesia. Ikatan yang kuat dengan Indonesia terus terjalin setelah perempuan kelahiran 1962 ini kembali ke Amerika dan menetap di daerah selatan kota Philadelphia yang terletak di negara bagian Pennsylvania.
“Pada tahun 1989 saya ikut suami pindah ke Bandung, Indonesia, karena suami saya ada kesempatan belajar Bahasa Indonesia,” kenang Donna kepada repoter VOA, Ronan Zakaria, baru-baru ini.
Sambil mengurus anak pertamanya yang pada waktu itu masih berusia dua bulan, alumni S2 dari Pennsylvania Academy of the Fine Arts di Phiadelphia dengan latar belakang di bidang desain grafis ini mendapat kesempatan untuk belajar membatik di sebuah pabrik batik kecil di Bandung. Ilmu membatik tersebut terus digelutinya hingga sekarang.
“Usaha kecil itu punya Pak Hasannudin yang kalau tidak salah juga kerja sebagai dosen seni rupa di ITB pada waktu itu. Beliau orang Pekalongan. Saya minta les dari Pak Hasannudin. Walaupun dia setuju, dia memang sibuk sekali dan sebetulnya nggak bisa mengajar saya. Tapi dia bilang kalau mau ikut, pekerja-pekerja di sana bisa mengajar saya,” papar perempuan yang saat ini menekuni profesi di bidang seni lukis, ilustrasi, desain dan kerap kali mengajarkan seni rupa.
Dua kali seminggu Donna mendatangi pabrik tersebut untuk mempelajari seni batik tulis dan batik cap selama lebih dari dua tahun. “Itu juga membuat saya bisa belajar Bahasa Indonesia, karena waktu itu saya tidak bisa sama sekali,” ujar perempuan yang masih fasih berbahasa Indonesia ini sambil tertawa.
Setelah delapan tahun tinggal di Bandung, Donna dan keluarganya memutuskan untuk pindah ke Tasikmalaya dan tinggal di dekat Dadaha selama sepuluh tahun.
“Di Indonesia saya senang karena ada slow paced of life. Lebih santai. Banyak waktu untuk ngobrol sama tetangga-tetangga,” canda Donna.
Di Tasikmalaya ia ikut membantu suaminya mendirikan dan mengurus sebuah yayasan bernama Yayasan Sumbangsih Nuansa Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan primer, pertanian, produksi impor dan ekspor kerajinan tangan, pendidikan, perkreditan, dan kesenian.
“Saya suka mengajar seni rupa dan ada unit kerajinan tangan. Jadi saya bisa mendesain produk-produk seperti scarf. Saya tidak membatik scarf-nya, tapi saya membuat desain aja dan itu dibatik oleh orang Tasik sebetulnya,” ujar perempuan yang suka memasak soto ayam dan rendang ini.
Pada tahun 2007 Donna memutuskan untuk kembali ke Amerika, karena kedua anaknya sudah mulai besar. Walaupun menurut Donna anak-anaknya lebih senang tinggal di Indonesia.
“Ada satu anak yang diadopsi dari Jakarta,” kata perempuan yang hobi melukis dan membaca ini. “Kebetulan dia lebih seperti orang Amerika, karena dia masih kecil waktu datang ke Amerika. Tapi masih ingat Indonesia, karena dia umur 8 tahun. Tapi bahasanya mungkin dia mengerti banyak tapi kurang bisa Bahasa (Indonesia), nggak seperti kakaknya,” lanjutnya.
Sekembalinya ke Amerika, Donna sebenarnya tidak tertarik untuk membatik, karena ia tidak memiliki ruangan yang luas di rumahnya. “Saya baru mulai membuat batik di Amerika waktu ada guru seni rupa di SMA Katolik di Philadelphia yang minta saya mengajar muridnya dengan memakai proses tersebut,” ujarnya.
Ia kemudian mengikuti American Batik Design Competition 2013 yang diadakan oleh kedutaan besar republik Indonesia di Washington, D.C. pada tahun 2013. Hadiahnya adalah tur batik bersama dua pemenang lainnya ke Pekalongan. Sejak itu Donna sering diminta untuk mengajar membatik dan kerap kali mengadakan pameran batik dan lokakarya membatik. Elemen-elemen Indonesia ia tampilkan dalam karya-karyanya.
“Misalnya, semacam pemandangan Indonesia muncul, seperti gunung berapi atau pohon kelapa, yang saya pakai sebagai motif. Boleh lihat sendiri di website saya,  www.donnabackues.com,” ujarnya.
Karya-karya batik Donna banyak mendapat pujian dari masyarakat lokal AS. Namun, sebagian besar dari mereka tidak tahu apa itu batik.
“Sebagian besar dari orang Amerika tidak pernah melihat batik dengan prosesnya berasal dari Indonesia.  Kalau istilah batik itu saya pakai pun, biasanya mereka menanggapi saya dengan bertanya, apa itu batik?” kata Donna.
Batik Cirebon - Prestasi Donna dalam menghasilkan karya seni membuahkan hadiah Art and Change Grant sebesar 30 juta rupiah dari yayasan Leeway Foundation di Philadelphia. Dari ratusan orang yang mendaftar, ia menjadi salah satu dari 30 pemenang yang berhasil terpilih untuk mendapatkan dana tersebut.
“Setiap tahun sebuah LSM yang bernama Leeway Foundation menyelenggarakan semacam pendaftaran atau ‘Call for Women Artists,’ agar boleh dipungut ide-ide wanita dalam menggunakan kesenian sebagai katalis perubahan sosial yang efektif demi kepentingan masyarakat,” jelasnya.
Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk membuka kelas membatik yang ditujukan untuk masyarakat Indonesia di Amerika.
“Kalau ada yang orang Amerika satu-dua mau ikut boleh. Tapi ini yang penting orang Indonesia. Karena saya dapat sebuah art and change Grant dari Leeway Foundation untuk mengadakan sebuah proyek khusus untuk social change. Perubahan positif dari masyarakat jadi saya ingin mengadakan kursus batik untuk anak besar, dewasa orang Indonesia yang tinggal di South Philadelphia,” kata Donna. “Tujuannya untuk melestarikan tradisi kebudayaan Jawa. Supaya anak Indonesia bisa belajar tradisi mereka. Karena di Indonesia sekarang, mungkin batiknya mulai lebih terkenal lagi di antara anak-anak, tapi di Amerika anak-anak tidak ada kesempatan untuk belajar,” lanjutnya.
Sebagai pengajar membatik di Amerika, peralatan membatik yang dimiliki Donna cukup lengkap. Semua bahan yang ia perlukan dapat ditemukan di internet.
“Saya sudah punya 4 skillet listrik dan kawat-kawat listrik, juga beberapa canting dan peralatan-peralatan lain guna mempersiapkan warna. Kalau ada sekolah atau organisasi lain yang mau mengadakan workshop, mereka harus siap dengan budget bahan-bahan, seperti kain, bahan warna, malam, zat-zat warna, dan mungkin tambahan canting secukupnya,” paparnya.
Tinggal di Amerika membuat Donna rindu akan Indonesia. Walaupun di Philadelphia ia bisa menemukan banyak makanan khas Indonesia, ada satu makanan favorit yang sangat ia rindukan. “Nasi tutug oncom. Raos pisan!” ujarnya menutup wawancara.(batik Cirebon)

Senin, 24 November 2014

Batik Cirebon - LKB Raih Rekor MURI Batik Betawi Terbanyak di Monas

Batik Cirebon


Batik Cirebon - Kibar budaya untuk Negeri Cinte Betawi ke-3 berlangsung meriah. Sebanyak 20.000 warga Jakarta tumpah ruah di silang monas meramaikan acara yang digelar Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Minggu (23/11).
Kegiatan yang dikemas dalam bentuk parade, pagelaran, bazar produk budaya dan jalan sehat itu dibuka oleh deputi bidang pariwisata dan kebudayaan DKI Jakarta Sylviana Murni yang didampingi oleh ketua badan pendiri LKB, ketua dewan kurator LKB, ketua DPD RI, para pejabat dilingkungan Pemrov DKI Jakarta serta para sponsor pendukung.
"Pemprov DKI memberikan Apresiasi setinggi-tingginya kepada LKB yang selalu memiliki inovasi untuk melibatkan masyarakat dalam pelestarian budaya Betawi melalui kibar budaya untuk Negeri Cinte Betawi ke-3 hari ini," tegas Sylviana.
Batik Cirebon - Ketua Umum LKB, Tatang Hidayat mengatakan bahwa kegiatan kegiatan tahunan ini merupakan kontribusi LKB kepada pemerintah  dalam  mengimplementasi konstitusi UU No 29 tahun 2007.
"Oleh karenanya diharapkan pemerintah dapat memperbanyak program pembinaan serta memberikan dukungan operasional kepada sanggar sanggar seni tradisional betawi. Kepada badan legislatif juga diharapkan agar segera menerbitkan perda pelestarian budaya betawi agar menjadi payung kebijakan bagi pemda DKI Jakarta kedepannya," ujarnya.
Semetara itu, kegiatan ini juga memperoleh rekor MURI atas penggunaan motif batik betawi terbanyak. Acara ditutup dengan pembagian doorprize kepada peserta jalan sehat dengan hadiah utama sebuah mobil keluarga.( batik cirebon )

Minggu, 23 November 2014

Batik Cirebon - Terksan Megah dan Kolosal, Pamerkan Kostum Batik Sepanjang 300 Meter

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Megah dan kolosal menjadi padan kata yang pas untuk menggambarkan acara Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2014 yang digelar di Taman Blambangan, Sabtu (22/11/2014).
Tari Gandrung dan Tari Seblang yang diikuti ratusan penari sebelum parade busana yang menjadi puncak acara BEC 2014.
Karnaval ini dibuka oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, dihadiri Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, serta Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O Blake, melibatkan 800 orang lebih. Penari yang menarikan Tari Seblang dan Tari Gandrung membawakan secara kolosal ditengah panggung besar berukuran 32 x 16 meter.
Sedangkan untuk peserta karnaval dikuti 120-an orang yang berdandan dengan kostum megah dan unik namun mengedepankan unsur etnik, yakni Seblang.
Batik Cirebon - Peserta karnaval berjalan sejauh 7 Km melewati jalur protokol Banyuwangi dan finish di depan Kantor Pemkab Banyuwangi. Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas mengatakan, karnaval semacam BEC terus bermunculan di banyak kota.
Meski demikian, ada unsur pembeda yang membuat BEC menjadi karnaval yang pantas dibanggakan, yakni mengangkat unsur lokal untuk diperkenalkan ke dunia global.
"Sejak awal BEC pada Tahun 2011, kami setia mengusung tema lokal, itulah yang membedakan karnaval ini dengan karnaval di tempat lain. Kami membawa budaya lokal untuk disajikan ke dunia global," kata Anas.
Tahun 2011, BEC mengangkat tema lokal, Damarwulan. Kemudian pada edisi berikutnya mengangkat tema Barong dan berlanjut pada tema Kebo-keboan.
Pada BEC edisi ke empat, Pemkab Banyuwangi mengusung tema The Mistic Dance of Seblang, dengan tiga sub tema Tari Seblang, yakni, Seblang Olehsari, Seblang Bakungan dan Porobungkil.
Tari Seblang merupakan sebuah tarian ritual paling tua di Banyuwangi yang berkembang di Desa Olehsari dan Bakungan di Kecamatan Glagah. Tari ini dimaksudkan sebagai usaha memperoleh ketenteraman, keselamatan dan kesuburan tanah agar hasil panen melimpah.
Batik Cirebon - Seblang sendiri berasal dari kata sebele ilang atau kesialan menghilang. Dan dalam gelaran BEC 2014, Tari Seblang diterjemahkan dalam bentuk desain fesyen yang unik oleh para desainer muda Banyuwangi.
"Semuanya dikerjakan anak muda Banyuwangi tanpa supervisi dari konsultan desain mana pun. Mulai dari penyusunan tema sampai proses eksekusi, semuanya oleh anak-anak muda Banyuwangi," imbuh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Yanuar Bramuda.
Pada gelaran BEC 2014, diawali dengan prosesi terjadinya Seblang yang dimainkan oleh 45 penari profesional dari Sanggar Sayu Sarinah, Olehsari. Usai prosesi Seblang disambung penampilan 48 penari Seblang Cilik.
Batik Cirebon - Sebelum defile para peserta The Mystic Dance of Seblang tampil, ditampilkan seorang Ratu Seblang “The Queen of Seblang” yang diperankan seorang model cantik dengan desain kostum by Irma Lumiga.
Irma Lumiga, desainer asal Banyuwangi yang kini berkibar di Pulau Dewata mendandani Ratu Seblang dengan menarik dan eksotik. Bajunya menggunakan bahan kain Batik khas Banyuwangi yang panjang gaunnya mencapai 300 meter.
Begitu panjangnya kostum The Queen of Seblang dibutuhkan 150 penari Gandrung untuk memegangi gaunnya. Usai penampilan Ratu Seblang, penoton yang berjumlah puluhan ribu disuguhi devile BEC 2014 yang dibagi dalam tiga tema, yakni Seblang Olehsari, Seblang Bakungan, dan Porobungkil.
Perhelatan The Mystic Dance of Seblang juga menampilkan 16 The Best BEC The Legend of Kebo-keboan atau BEC edisi 2013.
Di akhir gelaran ditutup dengan penampilan Barong Cilik dan penampilan Jebeng Thulik 2014 sambil mengusung poster bertuliskan See You Next BEC 2015 dengan Tema Kemanten Using. ( batik Cirebon )

Sabtu, 22 November 2014

Batik Cirebon - 'Sekarjagad' Ingin Yogya Punya Laboratorium Batik

batik cirebon
'Sekarjagad' Ingin Yogya Punya Laboratorium Batik
Batik Cirebon - Ketua I Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) 'Sekarjagad', GBPH Prabukusumo berharap setiap kota dan kabupaten di DIY memiliki laboratorium batik yang dikelola secara profesional.
Harapan tersebut disampaikan GBPH Prabukusuma sebelum Diskusi Batik Cirebon, 'Pengaruh Hubungan Kekerabatan Kasultanan Mataram dengan Kasultanan Cirebon dalam Mewariskan Tradisi Batik' oleh tokoh batik Cirebon, H Komarudin Kudiya SIP MDs, di Aula Heritage Bank Indonesia lantai 1 Yogyakarta. Acara diselenggarakan PPBI 'Sekarjagad' dan dirangkai pameran serta bazaar Batik Cirebon, 21-23 November, pukul 09.00-16.00.
Batik Cirebon - "Keberadaan laboratorium batik mampu meningkatkan kemampuan siswa, atau masyarakat luas untuk gemar membatik. Ini juga bisa membuka minat wisatawan, dengan 2-3 jam bisa membuat batik sendiri. Minimal syal atau saputangan. Hingga nanti, batik bisa dinikmati seluruh penjuru dan pelosok daerah," ujarnya.
Laboratorium Batik, lanjutnya, merupakan komitmen semua pihak untuk mendorong agar batik betul-betul bisa jadi pakaian resmi tiap orang. Agar masyarakat bisa memahami bahwa lebih bergengsi jika menggunakan batik, bukan tekstil motif batik. Itu berkaitan dengan kearifan lokal dan kenyamanan dalam berbusana. Harus ditunjukkan bahwa batik itu luar biasa dan merupakan kebanggaan.
Komarudin mengungkapkan, hubungan kekerabatan antara Kasultanan Cirebon dengan Kasultanan Mataram berdampak pada perkembangan batik-batik yang mewarnai Cirebon, dan sebaliknya. Adanya ikatan pernikahan antara dua kesultanan tersebut tidak menutup kemungkinan mengakibatkan adanya pertukaran teknik produksi, ragam hias ataupun tenaga ahli dalam bidang perbatikan.(batik cirebon)

Jumat, 21 November 2014

Batik Cirebon - Batik Hadipurwo Terus Dikibarkan

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purworejo untuk membangkitkan kembali kejayaan batik rakyat, terus digerakkan. Bahkan batik yang kini dijuluki sebagai batik Hadipurwo itu terus dikibarkan dengan menggelar berbagai promosi.
Promosi untuk mengenalkan batik Purworejo ini diantaranya dengan menggelar pameran. Termasuk yang dilakukan dalam pameran sehari di kompleks pendapat rumah dinas bupati setempat, Rabu (19/11/2014).
“Promosi ini akan terus kita lakukan di berbagai event. Bahkan jika tidak ada kesempatan, kita membuat event sendiri,” kata panitia kegiatan Drs Bambang Sadya Raharjo.
Batik Cirebon - Pameran yang digelar ini, menyertakan sejumlah pengrajin batik, termasuk diantaranya yang sudah membentuk kelompok. “Sekarang sudah banyak kelompok yang menekuni kerajinan batik. Terutama kelompok wanita,” jelasnya.
Kerajinan membatik ini di Purworejo bangkit kembali setelah dilakukan berbagai pembinaan oleh Pemkab di berbagai kecamatan. Para pembatik ini tumbuh melalui berbagai kelompok dan menarik konsumen melalui berbagai lini. Termasuk untuk seragam PNS.(batik cirebon)

Kamis, 20 November 2014

Batik Cirebon - Desain Batik Mahasiswa Solo Menang di Taiwan

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Dua mahasiswa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta berhasil menjuarai kompetisi desain batik bertajuk Taiwan Excellence Batik Competition di Taiwan. Juara pertama diraih Sugeng Wijayanto, 22 tahun, mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni angkatan 2010, sedangkan juara kedua diraih Utsman Aminuddin Sulaiman, 22 tahun, mahasiswa Jurusan Kriya Tekstil angkatan 2009. Kompetisi tersebut dilakukan dengan mengirimkan karya desain sejak 28 Agustus hingga 29 September 2014.
Sugeng mengatakan, desain batik yang dia buat menggabungkan motif dan ornamen batik dari berbagai daerah di Indonesia. Dia menilai, desain batik tersebut menggambarkan kekayaan budaya Indonesia. Berbagai kreativitas yang ada dijadikan satu hingga menjadi motif batik yang baru. "Saya gabung dan kreasikan motif batik kawung, ornamen Madura, ornamen Kalimantan, dan motif geometris," katanya di kampus UNS Surakarta, Senin, 17 November 2014. "Selain dicetak di kertas, saya juga mencetaknya di kain mori dengan teknik sablon,"ucapnya. Sebagai pemenang pertama, dirinya mendapat uang tunai Rp5 juta dan sebuah ponsel pintar. (Baca : Buku-buku Penguat Sejarah Batik)
Batik Cirebon -  Sedangkan Utsman mengusung batik motif naga dan kinnari, yaitu makhluk surgawi berwujud manusia setengah burung dalam mitologi Hindu dan Buddha. "Kedua makhluk tersebut saya padankan dengan motif batik mega mendung,"katanya. Motif mega mendung adalah hasil akulturasi antara budaya Cina, Islam, dan budaya asli Indonesia. Motif batik yang dia buat menceritakan hubungan antarbudaya yang saling berdampingan, saling menguatkan yang dilambangkan dengan naga, dan bernilai luhur seperti sosok kinnari.
Ustman mengaku, hanya butuh waktu satu hari satu malam untuk membuat desain batik Naga Kinnari. Desainnya dominan warna oranye, yang menunjukkan kesenangan, keberanian, antusiasme, dan rasa percaya. Kemudian dikombinasikan dengan warna merah yang berani dan warna biru yang melambangkan ketenangan. Menurutnya, desainnya cukup sulit diwujudkan untuk motif batik tulis karena kerumitannya. "Lebih cocok untuk batik cap dan printing," ujarnya.
Menyadari karyanya diminati, keduanya berencana mengembangkan desain batik untuk pasar Indonesia. "Saya ingin menjadi desainer motif batik," kata Utsman yang mendapat hadiah uang tunai Rp2 juta dan sebuah tablet.(batik cirebon)

Rabu, 19 November 2014

Batik Cirebon - Pisang Bangkaran Jadi Motif Batik Barito Utara

Batik Cirebon
Batik Barito Utara
Batik Cirebon - Pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, menetapkan pohon pisang bangkaran sebagai motif batik khas setempat.
"Batik motif pisang bangkaran ini merupakan salah satu dari tiga motif yang ditetapkan sebagai pemenang desain batik khas Barito Utara," kata Kabid Perindustrian pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Barito Utara, Roosmadianor di Muara Teweh, Selasa.
Menurut Roomadianor, motif pisang bangkaran ini berhasil terpilih menjadi juara pertama dengan nomor urut peserta pendaftaran lima atas nama Kurniati Effendi.
Batik Cirebon - Juara dua berupa motif seluang murik dengan peserta nomor urut empat, dan motif pasak bumi dengan nomor urut peserta tiga juga juara ketiga yang desain Tekay Effendi.
Khusus untuk motif pisang bangkaran, motif pendukungnya adalah modifikasi tanduk beaw dan ulat keket. Sedangkan motif batik Seluang Murik dan motif batik pasak bumi ini untuk motif pendukungnya adalah modifikasi tanduk beaw.
"Desain batik ini nantinya akan diproduksi menjadi baju batik khas Barito Utara pada tahun 2015 nanti, untuk baju seragam batik di lingkungan SKPD serta guru dan pelajar sekolah-sekolah serta perhotelan di daerah ini," kata dia.
Roosmadianor menjelaskan, motif pisang bangkaran ini merupakan pisang hutan dengan bentuk tundun dan buahnya kecil-kecil berwarna hijau, serta rasanya agak pahit atau kelat dan digunakan sebagai sayur-sayuran.
Untuk motif seluang murik merupakan ikan kecil khas air tawar di Sungai Barito yang terjadi musiman dan ditangkap secara massal oleh masyarakat, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang tinggal di bantaran Sungai Barito.
Sedangkan motif pasak bumi juga merupakan tanaman hutan yang mempunyai akar panjang nyaris sama panjang dengan batang pohonnya serta memiliki rasa pahit, namun akarnya memiliki khasiat obat tradisional dari para leluhur dan terpelihara sampai sekarang oleh masyarakat Dayak.
"Kita harapkan melalui batik dengan motif khas daerah itu dapat menjadikan satu kebanggaan daerah menggunakan produk asli ciptaan putra daerah, tanpa mengesampingkan batik dari luar daerah," jelas dia.
Rencanannya batik khas Barito Utara ini yang bertemakan rintik Barito akan di produksi wilayah Kalimantan Timur, sebab daerah ini belum dapat memproduksi batik khas daerah sendiri. ( batik Cirebon )
"Batik ini nantinya akan menjadi kebanggaan daerah dan salah satu produk unggulan khas daerah Kabupaten Barito Utara," tuturnya.

Selasa, 18 November 2014

Batik Cirebon - Perpaduan Batik Nganjuk, Gamis nan Luwes

Batik Cirebon - Perancang busana muslim asal Surabaya, Lia Afif, kembali mengeluarkan koleksi busana muslim untuk akhir tahun. Saat ditemui Surya online pada event Batik Fashion Festival di ITC Surabaya 9 November lalu, Lia memadukan batik Nganjuk dengan baju gamis yang luwes menjadi sesuatu yang aplikatif sekaligus menyegarkan.
Batik Nganjuk dibentuk menjadi blazer cantik yang fungsional. Kesan formal sekaligus fresh muncul karena tak banyak aplikasi aksesoris yang digunakan.
Motif batik Nganjuk yang banyak mengandung unsur flora, stupa, dan monument anjuk ladang (jayastamba) coba dipadukan LIa dengan konsep Islami namun dengan sentuhan modern.
Batik Cirebon - Lia menyebut, koleksi signature penutup tahunnya ini sebagai Heritage of Jayastamba, atau evolusi batik Nganjuk menjadi busana muslim yang syar’i.
 “Hebatnya batik, pasti bisa dipadukan dengan segala jenis pakaian,” kata Lia beberapa waktu lalu.
Lia menuturkan menggunakan batik Nganjuk pada rancangannya kali ini karena nuansa warna-warna alamnya yang mampu memberikan kesan segar ketika dilihat.
Kesan segar ini, lanjutnya, cocok digunakan untuk menutup akhir 2014 dengan keceriaan, sekaligus sebagai sebuah harapan tahun yang gemilang.
Baju gamis kerah berbahan sifon terlihat luwes ketika diperagakan di atas panggung. Lia ingin menonjolkan sisi perempuan muslim yang dinamis dari efek kibaran gamis yang melambai-lambai. Blazer batik Nganjuk yang diberi sedikit payet menambah kesan anggun.
Lia menuturkan memakai pakaian muslimah tak harus sophisticated. Paduan gamis dan blazer sudah lebih dari cukup dikenakan  untuk berbagai keperluan.
“Rancangan ini sebagai pembuka untuk rancangan saya 2015 mendatang yang lebih simple, dinamis, fungsional, namun tetap feminim, anggun, aplikatif, dan tetap syar’i tentu saja,” sambungnya.
Dominasi warna peach, ungu, dan hijau army, batik Nganjuk semakin terlihat cantik dengan permainan aplikasi sengkelit, yaitu permainan kain yang dililit mirip sumbu dan dibentuk sedemikan rupa sebagai aksesoris penunjang.
Permainan sengkelit ini ditaruh di beberapa bagian, seperti dada, pinggang, leher, dan pemanis hijab untuk menampilkan kesan feminism.
“Saya memang sengaja tidak menggunakan aksesoris kalung atau gelang. Batiknya sendiri sudah ramai, saya pikir, tambahan aksen cukup dengan permainan sengkelit ini,” ujarnya. (batik Cirebon)

Senin, 17 November 2014

Batik Cirebon - Lestarikan Batik dengan Jalan Kaki

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Upaya untuk memo-pulerkan kain batik terus dilakukan. Termasuk di Gunungkidul. Sabtu (15/11) Dinas pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Gunungkidul menggelar Festival Batik Carnival. Acara ini melibatkan siswa-siswa dari sejumlah sekolah.Menurut Kepala Disdikpora Gunung-kidul, Sudodo, konsep festival tahun ini berbeda. Panitia membebaskan peserta untuk berkreasi dengan kain batik. ”Ini bertujuan untuk menum-buhkan kreatifitas para pelajar dalam menggunakan kain batik,’’ kata Sudodo disela-sela karnaval.
Pelaksanaan festival ini melibatkan 15 sekolah. Ke depan, dinas akan men-jadikan acara ini sebagai agenda rutin dan melibatkan lebih banyak peserta. ”Harapan kami, ini menjadi ajang bagi generasi muda untuk mengembang-kan kreativitas,” terangnya.Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengapresiasi kegiatan mempoluperkan batik dengan cara jalan kaki. Dia berharap kegiatan ini menjadi ajang promosi dan pengenalan batik kepada masyarakat. ”Kalau di-gelar rutin akan lebih baik,” pintanya.
Batik Cirebon - Festival ini dilakukan dengan cara pawai keliling Kota Wonosari. Start dimulai dari Alun-Alun Wonosari, melintasi Jalan  Soegiyo Pranoto, Jalan Sumarwi, Jalan Ksatrian. Ratusan peserta memamerkan karya kreasi mereka dengan material batik.Masyarakat menyambut antusias pergelaran ini. Mereka menyemut di pinggir jalan dan tidak beranjak sampai acara usai.
”Tidak hanya sembarang batik, ada kreasinya. Apalagi melibatkan gene-rasi anak muda. Acung jempol buat panitia,” ucap Yanti Sugiastuti salah seorang penonton usai berpose dengan salah satu peserta karnaval. (batik Cirebon)

Minggu, 16 November 2014

Batik Cirebon - Legenda Afrika Selatan, Pecinta Batik Yang Peduli Pada Kaum Papa

Batik Cirebon

Batik Cirebon - SOSOK sederhana melekat pada diri Nelson Mandela. Meski tokoh anti-apartheid itu telah meninggal dunia, kesederhanaan dan kerendahan hatinya sebagai pemimpin tetap menjadi inspirasi.
"Bagi banyak orang, Nelson Mandela adalah ikon dan pejuang hak asasi manusia yang tersohor. Tapi, bagi mereka yang mengenal dekat beliau, Nelson Mandela adalah seorang teman yang rendah hati," kata George Bizos, pengagum berat Mandela yang akhirnya menjadi teman dekat sang tokoh. Itu disebabkan sifat rendah hati Mandela.
Bizos masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat satu Fakultas Hukum Universitas Wits di Kota Johannesburg saat kali pertama bertemu Mandela. "Kami bertemu dalam kongres pemuda ANC pada 1948," kenangnya. Saat itu dia mengenal Mandela sebagai tokoh yang tampan dan berpakaian rapi. Selain gaya berbusana, dia mengenang Mandela sebagai politikus yang vokal.
"Dia pembicara yang andal. Dalam kongres tersebut, panitia tidak menyediakan pengeras suara. Tapi, dia bisa dengan mudah membuat pidatonya didengar seluruh peserta kongres," lanjut Bizos. Usai pertemuan pertama itu, dia mengaku ketagihan bisa terus bertemu Mandela. Mereka lantas berteman. Apalagi, setelah itu, mereka sama-sama gigih memperjuangkan anti-apartheid di Afrika.
Batik Cirebon - Persahabatan tersebut masih tetap terjalin sampai saat Mandela menjabat presiden. Dalam kenangan Bizos, Mandela bukan hanya presiden rendah hati yang anti-apartheid. Dia juga sosok pemimpin yang peduli masyarakat miskin. Dia tidak segan menyumbangkan harta kekayaannya untuk kepentingan kaum papa. Bahkan, dia juga mendirikan yayasan amal yang peduli pada masyarakat miskin.
Lahir dari keluarga sederhana di desa terpencil, Mandela paham benar bahwa kekayaan tidak untuk dipendam sendirian. Maka, dia menggunakan hartanya untuk kepentingan banyak orang. Terutama untuk mendanai kampanye HAM dan meningkatkan kelayakan hidup masyarakat miskin. Dia pun tetap menjaga kesederhanaannya dengan hidup bijaksana.
Di mata Amina Frense, putri mantan narapidana di penjara Pulau Robben, Mandela adalah inspirasi. Meski punya banyak harta dan tenar, dia tidak pernah mempedulikannya. "Dia tidak pernah berpikir bahwa yang dia lakukan untuk kaum papa dan kulit hitam membawa dampak luar biasa bagi dunia," ucap perempuan asal Afrika Selatan (Afsel) yang berprofesi sebagai jurnalis itu.
Nama besar tidak pernah membuat Mandela keblinger. Meski namanya sering menghiasi media dalam dan luar negeri, tokoh berjuluk Madiba (bahasa Xhosa untuk kata bapak) tersebut tetap sederhana. Batik tetap menjadi salah satu busana favoritnya. Dia juga tidak pernah menutup diri kepada orang lain. Karena itulah, dia punya begitu banyak teman dari berbagai lapisan masyarakat.(batik cirebon)

Sabtu, 15 November 2014

Batik Cirebon - Teknik Sablon, Cara Memodernkan Batik

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Pembuatan wastra batik bisa dilakukan dengan menggunakan cara modern yang tetap mempertahankan ciri khas tradisional, seperti dengan sablon. Hal tersebut bisa menjadi metode untuk mempertahankan batik sebagai warisan budaya Indonesia dan pada saat bersamaan menghemat waktu produksi.
Contohnya adalah Sugeng Wijayanto (22), mahasiswa Jurusan Seni Rupa Murni Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, yang memenangi kompetisi merancang batik yang diadakan Taiwan Excellence. Ia menggunakan teknik sablon untuk membuat pola batik di atas kain.
”Bedanya, cat sablon saya ganti dengan malam cair. Jadi, tetap memenuhi persyaratan pembuatan batik,” kata Sugeng dalam acara pengumuman pemenang lomba di Jakarta, Kamis (13/11).
Ia mengatakan, menggabungkan cara modern dan tradisional dalam membuat batik memberikan variasi baru yang menambah keunikan seni tersebut. Pada saat bersamaan, itu juga memberdayakan perajin batik.
Batik Cirebon - Pertama-tama, pola dirancang dengan menggunakan komputer. Setelah itu, pola disablon ke kain sutra dan primis yang masing- masing berukuran 100 cm x 190 cm. Berikutnya, Sugeng dan seorang perajin batik yang dia pekerjakan, mewarnai kain-kain itu menggunakan alat bernama jegul. Alat ini berbentuk seperti pulpen logam yang bisa diisi oleh malam atau bahan pewarna. Keseluruhan proses pembuatan memakan waktu satu pekan.
Anggota dewan juri yang juga perancang busana batik Nonita Respati mengatakan, dalam membuat batik, pakem yang harus dipatuhi adalah menggunakan lilin malam sebagai perintang dan pewarna. Di samping itu, prosesnya juga harus menggunakan tangan. ”Kain yang dicetak dengan mesin bukanlah batik, tetapi tekstil bercorak batik,” kata Nonita.
Kompetisi merancang batik ini diadakan melalui Taiwan Excellence, sebuah program milik Taiwan External Trade Development Council (Taitra). Manajer Taitra Jakarta Wayne Lee mengungkapkan, Taiwan Excellence adalah pengakuan mutu bagus yang diberikan Pemerintah Taiwan.(batik cirebon)

Jumat, 14 November 2014

Batik Cirebon - Mahasiswa UNS Juarai Kompetisi Batik Taiwan Excellence

Batik Cirebon
Mahasiswa UNS Juarai Kompetisi Batik Taiwan Excellence
Batik Cirebon - Sugeng Wijayanto, mahasiswa tingkat akhir jurusan Seni Rupa Murni, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, berhasil menyabet juara 1 Kompetisi Batik Taiwan Excellence,Karya peserta harus original dan mengedepankan kreativitas. Nilai batik tidak boleh hilang meski harus dikombinasikan dengan nilai-nilai Taiwan.
Desain batik buatannya yang memadukan motif batik kawung dari Jawa, dengan motif batik Madura dan sentuhan batik Kalimantan berhasil memikat para dewan juri ajang kompetisi yang digelar Taiwan External Trade Development Council (TAITRA) yang merupakan lembaga di bawah Biro Perdagangan Luar Negeri (BOFT) Kementerian Ekonomi (MOEA) Taiwan.
Dalam kompetisi ini, peserta dituntut untuk mendesain motif batik dengan campuran nilai-nilai Taiwan tanpa meninggalkan identitas batik sebagai budaya asli Indonesia. Karya peserta juga harus original dan mengedepankan kreativitas.
Batik Cirebon - Inovasi Sugeng itu berhasil mengalahkan sekitar 100 orang peserta kompetisi yang digelar pada 27 Agustus—29 September ini. “Saya terinspirasi dari batik kawung. Orang yang memakai motif ini bisa menjadi manusia yang andal dan bernilai. Dulu, motif ini dipakai di kerajaan dan merupakan cerminan pemimpin yang andal,” papar Sugeng, Kamis (13/11/2014).
Sebagai pemenang, Sugeng berhak mendapatkan uang tunai sebesar Rp5 juta dan gadget dari HTC.
Batik menjadi tema pilihan kontes TAITRA tahun ini karena dianggap merupakan karya seni asli Indonesia. “Inilah kreativitas dan lihat apa yang kita dapatkan,” ujar Wayne Lee, manajer TAITRA di Jakarta.
Salah satu juri ajang tersebut, Nonita Respati, perancang busana dan pemilik Purana Batik, mengaku kaget dengan antusiasme peserta kompetisi ini. “Kami tidak menyangka pesertanya bisa banyak. Padahal, mereka harus menciptakan motif batik yang dikombinasikan dengan nilai-nilai TAITRA,” ujar dia.
Menurut Wayne, ajang kompetisi akan kembali digelar tahun depan, namun belum pasti apakah akan mengangkat batik lagi karena Indonesia kaya budaya dan seni yang harus dieksplorasi. Rencananya, batik karya Sugeng ini akan menjadi seragam pegawai TAITRA Jakarta.(batik cirebon)

Kamis, 13 November 2014

Batik Cirebon - Pengusaha Solo: Batik Jokowi di APEC Gaya Yogya

batik cirebon


Batik Cirebon - Penampilan Presiden Joko Widodo yang menggunakan baju batik dalam lawatan perdananya ke luar negeri di forum APEC di Beijing Cina mendapat sambutan positif dari pengusaha batik di Solo. Para pengusaha berharap batik bisa semakin dikenal oleh masyarakat dunia.
Wakil Ketua Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan Solo, Gunawan Muhammad Nizar mengatakan bahwa batik yang dikenakan Jokowi dalam lawatan tersebut bercorak parang. "Dihiasi dengan ceplokan motif peksi (burung)," katanya, Selasa 11 November 2014.
Batik Cirebon - Menurutnya, batik yang digunakan oleh Jokowi tersebut merupakan batik gaya Yogya. "Terlihat jelas dari warnanya yang putih," katanya. Sedangkan batik gaya Solo biasanya didominasi soga atau warna gelap serta kuning gading.
Gunawan mengatakan bahwa batik motif parang memang banyak berkembang di Solo dan Yogya. "Perbedaan paling jelas memang di masalah warna," katanya. Selain itu, motif parang dalam batik Yogya memiliki ukuran lebih besar dibanding batik asal Solo.
Meski demikian, Gunawan mengatakan bahwa pengusaha batik di Solo tidak merasa kecewa meski Jokowi yang berasal dari Solo justru mengenakan batik Yogya. "Kami sudah cukup gembira karena presiden sudah ikut mempromosikan batik ke luar negeri," katanya.
Dia beralasan bahwa pada saat ini para perajin batik sudah tidak berpatokan pada kedaerahan. "Banyak perajin di Solo yang membuat batik gaya Yogya," katanya. Sebaliknya, para perajin di Yogya juga banyak yang memproduksi batik gaya Solo. "Tinggal mana yang sedang laku di pasaran," katanya. (batik Cirebon)

Rabu, 12 November 2014

Batik Cirebon - Cinta Indonesia, Chelsea Islan Menunjukan Model Baju Batiknya

Batik Cirebon

Batik Cirebon  - Chelsea Elizabeth Islan atau yang akrab dikenal dengan Chelsea Islan sangat cinta dengan kebudayaan indonesia seperti batik. Chelsea Islan merupakan seorang aktris Indonesia berkebangsaan Amerika.
Sewaktu Chelsea kecil, Chelsea Islan sudah memiliki dasar di dunia teater hingga akhirnya ia pertama kali bermain di film utamanya seperti Refrain dengan peran tidak jauh beda dari kehidupan pribadinya.
Meski blasteran Amerika-Indonesia, kecintaan dan kebanggaan Chelsea Islan sebagai keturunan Indonesia cukup terlihat jelas dari beberapa foto dirinya yang mengenakan batik di akun instagram pribadinya.
Pada 17 Agustus 2013, Chelsea Islan nampak memberikan ucapan selamat ulang tahun untuk Indonesia dengan memakai foto dirinya yang memakai batik. Hal ini menunjukkan kebanggaan Chelsea Islan terhadap batik budaya indonesia yang terkenal dengan motif nya yang indah meskipun Chelsea Islan merupakan warga Kebangsaan Amerika.
Batik Cirebon - Baru-baru ini, saat menghadiri acara penghargaan `Showbiz Indonesia Awards 2014`, Jumat (24/10/2014), Chelsea Islan terlihat mengenakan atasan batik berwarna hijau kebiruan dan rok batik berwarna oranye. Untuk atasan, corak motif yang dipilih mirip batik Kawung dengan pola bulatan yang lebih kecil dan pola daun yang lebih besar. Untuk rok batik Chelsea Islan nampak memilih bermotif batik Semen Ageng.
Pada saat hari batik nasional yang jatuh pada tanggal 2 Oktober, Chelsea Islan merayakannya dengan mengunggah foto dirinya memakai kemben batik. Kain batik berwarna hijau memiliki corak rumput atau daun bambu. Sementara kain batik berwarna ungunya memiliki corak ikan, penyu, dan beragam hewan laut lainnya dan Chelsea belum terlalu mengenal motif khas batik cirebon yaitu motif megamendung yang banyak diminati oleh orang di seluruh dunia.
“Selamat Hari Batik Nasional! Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari Budaya Indonesia sejak lama. I am proud to be Indonesian,” ujar Chelsea Islan saat mengunggah foto dengan model baju batik tersebut.(batik cirebon)

Selasa, 11 November 2014

Batik Cirebon - Musisi Kelas Dunia Ini Bangga Memakai Batik

Santana Memakai Batik Di Video Klip nya
Santana Memakai Batik Di Video Klip nya
Batik Cirebon - Musisi Yang Bangga Akan Batik Adalah Santana, salah seorang maestro musik dan gitaris terkenal di kancah dunia dengan lagunya yang berjudul 'The Game of Love' pada tahun 2002 ini, meluncurkan single video klip terbaru baru-baru ini.
Namun ada yang unik dari video klip tersebut, tidak hanya karena lagunya yang asyik didengar, tapi juga karena Santana dengan bangga memakai batik! Gitaris gaek asal Amerika Latin ini menunjukkan kecintaannya terhadap batik Indonesia dengan memakainya di dua video klip terbaru miliknya.
Penampakan batik yang pertama terlihat di dalam video klip Santana bersama Chad Kroeger berjudul “Into the Night.” yang merupakan single pertama dari album kompilasi pada tahun 2007.
Pada klip tersebut, musisi yang pernah memenangkan 10 Grammy Awards dan tiga Latin Grammy Awards itu awalnya mengenakan kaos biru dan kemeja putih. Kemudian, dia terlihat memakai kemeja batik bercorak hijau dengan lengan panjang yang digulung.
Batik Cirebon - Penampakan batik yang kedua ada di video klip yang dirilis pada tanggal 1 Mei 2014 di media berbagi video online, Youtube. Santana yang berkolaborasi dengan Samuel Rosa dalam single video klip berjudul “Saideira.” terlihat tidak menanggalkan batik lengan panjang berwarna cokelat dari awal hingga berakhirnya video tersebut.
Musisi legendaris kelahiran Jalisco, Meksiko, 20 Juli 1947, itu tampil percaya diri mengenakan batik untuk penampilannya di video klip yang notabene ditonton jutaan pasang mata sedunia.
Hal ini tentu saja membuat bangga bangsa Indonesia. Bahkan beberapa pengguna Youtube dari indonesia mengucapkan rasa terima kasihnya langsung kepada Santana melalui kolom komentar di video yang telah ditonton oleh 300ribu orang itu.(batik Cirebon)

Senin, 10 November 2014

Batik Cirebon - Mengenal Sosok Apni Amalia, Puteri Batik Dermayu 2014

Batik Cirebon

Batik Cirebon - Apni Amalia baru saja dinobatkan sebagai Puteri Batik Dermayu 2014, bersama dengan Ayatullah Gumelar. Keduanya mengungguli finalis lainnya pada malam Grand Final Pemilihan Putera-Puteri Batik Dermayu 2014 yang diadakan di Gedung Panti Budaya Indramayu pada malam minggu tanggal 1 Nopember 2014 lalu.
Apni Amalia, gadis manis yang masih duduk dibangku kelas XII SMA Negeri 1 Kandanghaur ini menyingkirkan finalis lain yang rata-rata adalah mahasiswa setelah melewati beberapa tahapan penilaian. Siswi SMA Negeri 1 Kandanghaur ini mampu menjawab pertanyaan juri dengan lugas pada sesi presentasi dan tanya jawab.
Batik Cirebon - Sistem penjurian Putera-Puteri Batik Dermayu dilakukan dengan terbuka dan transparan mulai dari etika, public speaking, pengetahuan tentang batik, penyampaian presentasi dan tes wawancara juga kepribadiannya pada saat mengikuti karantina.
Kegiatan karantina sendiri diikuti sejak hari Rabu 29 Oktober 2014 sampai hari Sabtu sebelum pengumuman finalis. Setelah dirinya tahu di masuk finalis, maka dia langsung berlatih koreografi untuk acara malam Granf Final PPBD.
 Sehari-hari Apni sebagai pelajar SMA yang harus berangkat lebih awal ke sekolah karena takut terlambat datang ke sekolah. Apalagi lokasi rumahnya lumayan jauh dari tempat tinggalnya di Sukamelang Kecamatan Kroya, dengan menempuh perjalanan sekitar 20 - 25 menit menggunakan sepeda motor.
 Apni sendiri termasuk siswi yang supel senang bergaul dengan teman-temannya, enak diajak ngobrol, ceplas-ceplos seperti kebanyakan pelajar lainnya. Dia sudah dewasa dalam berpikir karena sudah lama ditinggal oleh Ayahnya. Kini Apni bisa membuktikan kepada dunia bahwa pelajar dari pelosok desa pun bisa bersaing dalam hal apa pun dan dengan siapapun, demikian ia tulis dalam status facebooknya. (batik Cirebon)

Minggu, 09 November 2014

Batik Cirebon - Putra Putri Batik Nusantara 2014 Sebarkan Virus ke Generasi Muda

batik cirebon
Putra Putri Batik Nusantara
Batik Cirebon - Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara (PPBN) 2014 bukan hanya sebagai ajang melestarikan budaya batik nusantara, tetapi juga untuk membangun jiwa kewirausahaan yang mumpuni para generasi muda. Hal tersebut disampikan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar, dalam konferensi pers yang diselenggarakan di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (28/09/2014).
"Ajang PPBN 2014 bukan untuk sekedar tampil memperlihatkan batik sebagai budaya bangsa Indonesia yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif saja, tapi juga melahirkan wirausaha di bidang batik," terang Sapta.
Batik Cirebon - Hal senada diungkapkan Rieke Caroline yang merupakan Putri Pariwisata Indonesia 2009. Ia menjelaskan, bahwa PPBN 2014 bukan hanya sebagai ajang mempromosikan batik dan mempresentasikan batik yang dipakai setiap harinya. Tetapi, panitia juga mengadakan workshop mengenai proses membantik.
"Karantina kami itu lebih mengajarkan untuk menjadi generasi muda yang memumpuni. Artinya, dalam kelas-kelas yang kami berikan itu ada wawasan batik nusantara, batik konvensional, dan program pariwisata. Selain itu, peserta juga dinilai mengenai ketrampilan membantiknya di museum tekstil," ujar Rieke yang juga merupakan salah satu founder Ikatan Pecinta Batik Nusantara (IPBN).
Rieke menambahkan, sebelum memasuki malam puncak, seluruh finalis telah dibekali beragam budaya, seni, psikologi dan akting. Sebab, ketika finalis terpilih menjadi pemenang, mereka memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan fesyen batik di semua lini di lingkungan masyarakat, baik itu pekerja profesional, kantoran, entertainmen dan banyak lagi.
Peserta diharapkan bisa menyebarkan virus kepada generasi muda untuk menggunakan batik sebagai kebutuhan fesyen sehari-harinya. Para finalis PPBN bisa mengembangkan penggunaan batik sebagai gaya hidup dengan kaos, busana santai, busana resmi maupun yang lainya.
Konferensi pers jelang malam final PPBN 2014 tersebut juga dihadiri Ketua Ikatan Pecinta Batik Nusantara Ayu Dyah Pasha, Direktur Jenderal Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuti, Ketua Panitia Pemilihan Putra-Putri Batik Nusantara Tantie Koestantia, Puteri Pariwisata Indonesia 2009 Andara Rainy Ayudini, dan Public Communication Specialist JNE Kuncoro Jati. (batik Cirebon)

Sabtu, 08 November 2014

Batik Cirebon - Sang Presiden Terbang Ke Tiongkok Menggunakan Batik

Batik Cirebon
Batik Cirebon
Batik Cirebon - Presiden Joko Widodo pagi ini, Sabtu (8/11/2014) meninggalkan Indonesia untuk menghadiri serangkaian kegiatan internasional. Kegiatan  diawali dari pertemuan negara-negara yang tergabung dalam Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) di Beijing, Tiongkok.
Pantauan Tribunnews.com, Presiden Jokowi tampak mengenakan kemeja batik berwarna cokelat tua. Berbeda dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, yang biasanya mengenakan setelan jas berwarna hitam jika melakukan perjalanan dinas ke luar negeri.
Presiden Jokowi baru keluar setelah beberapa pejabat negara keluar dari pintu gerbang Sasana Manggala Praja menuju ke landasan udara, di antaranya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Susilo dan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil yang berjalan berdampingan mengenakan kemeja batik seperti motif batik cirebon
Setelah itu, Panglima TNI Jenderal Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Gatot Nurmantyo dan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Marsetyo keluar dari pintu gerbang Sasana Manggala Praja menuju landasan udara.
Kemudian, Mensesneg Pratikno yang mengenakan kemeja batik cokelatnya, diikuti Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang mengenakan batik biru, didampingi oleh istrinya, Veronica Tan.
Setelah itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla yang mengenakan batik cokelat, didampingi oleh Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh keluar menemani Presiden Jokowi. Dibelakangnya tampak Ibu Negara, Iriana Widodo yang mengenakan busana kebaya dengan atasan berwarna merah muda.
Ini merupakan perjalanan dinas perdana Jokowi ke luar negeri. Ia akan menghadiri tiga pertemuan tingkat dunia, yaitu APEC di Beijing, G-20 Summit di Brisbane, Australia dan Pertemuan ASEAN di Myanmar.(batik Cirebon)

Batik Cirebon - Sang Pelopor yang Mengubah Desa TKW menjadi Desa Batik

Batik Cirebon
Batik Cirebon
Batik Cirebon - Banyaknya perempuan Kabupaten Kendal Jawa Tengah, yang menjadi tenaga kerja wanita (TKW) ke luar negeri, membuat Sri Lestari (34), warga Jambearum Patebon Kendal, prihatin.
Berangkat dari keprihatinannya tersebut,  wanita yang bekerja di Dinas Perindustrian dan Perdagangan ini, mencoba mengurangi banyaknya perempuan Kendal menjadi TKW. Salah satunya dengan memberi keterampilan pada ibu-ibu yang ada di desa Jambearum Patebon.
“Apalagi dengan adanya berita 2 TKI yang dibunuh di Hongkong. Ini sangat mengerikan,” kata Lestari, Kamis (6/11/2014).
Lestari menjelaskan, hampir setiap rumah yang ada di desanya, Jambearum, selalu ada keluarganya yang menjadi TKW. Hal itu sangat memprihatinkan. Apalagi, anak-anak yang ibunya menjadi TKW, menurut Lestari, lebih cenderung kurang terurus.
“Saya prihatin dengan kondisi itu. Lalu saya mencoba memberi pelatihan ketrampilan pada ibu-ibu yang ada di desa Jambearum,” ujarnya.
Awal pelatihan yang diberikan untuk ibu-ibu, adalah menjahit. Sebab ada salah satu warganya yang bisa menjahit. Namun karena tidak ada mesin jahit untuk mendukung pelatihan, lalu diganti menjadi pelatihan membatik.
Kebetulan, pada tahun 2010, di Dinas tempat Lestari bekerja, ada program pelatihan membatik. “Yang ikut, awalnya cuma satu ibu bernama Asri. Tapi, kemudian saya dengan Asri mengumpulkan ibu-ibu yang lain, untuk member ketrampilan membatik,” akunya.
Hasilnya, cukup menggembirakan. Sebab ada banyak ibu-ibu yang tertarik untuk menekuni ketrampilan membatik. Apalagi, pemerintah Kabupaten Kendal, sedang giat-giatnya memperkenalkan batik Kendal kepada masyarakat.
“Sekarang di desa Jambearum, sudah ada 15 pembatik, 3 diantaranya penjahit yang membuat pakaian batik,” ucapnya.
Jambe Kusuma
Sri Lestari mengaku, cukup sulit menyadarkan ibu-ibu supaya tidak berangkat ke luar negeri untuk menjadi TKW. Namun begitu, ia akan terus berusaha, supaya niatnya untuk mengurangi TKW di desanya bisa berkurang.
“Niat yang baik, Insya Allah akan menghasilkan sesuatu yang baik. Untuk itu, saya akan terus berusaha,” tambahnya.
Lestari menceritakan, sekarang ini sudah ada beberapa TKW, yang pulang ke rumah dari luar negeri dan tidak mau berangkat lagi. Mereka memilih menjadi pembatik. Apalagi, mereka sudah merasakan, hasil dari membatik. “Tapi masih banyak juga, yang pulang lalu berangkat lagi menjadi TKW,” akunya.
Batik buah karya warga Jambearum itu, kata Lestari, diberinama Batik Jambe Kusuma.
Lantaran ketekunan ibu-ibu dalam melestarikan kain yang menjadi citra kepribadian bangsa tersebut, April 2013 lalu, desa Jambearum di tetapkan sebagai desa batik oleh Dirjen Kementerian Pariwisata dan Dinas Pariwisata Jateng. Pasalnya, di desa itu, saat ini sudah terproduksi, berbagai batik.
Mulai dari berbagai jenis batik berikut motifnya, hingga pakain motif batik. Selain itu, juga pernak-pernik batik seperti, sapu tangan, tempat tisu, dasi, tutup nasi, taplak dan lainnya.
Batik buatan desa ini, sudah dijual ke berbagai daerah di Indonesia, bahkan diekpor ke beberapa negara tetangga. “Memang sejak awal niat kami membatik sebenarnya untuk mengurangi warga Jambearum untuk jadi TKW dan meningkatkan ekonomi keluarga. Jadi bukan untuk mendapatkan gelar Desa Wisata,” kata Sri Lestari, yang juga menjadi ketua Paguyuban Batik Jambearum.
Kegigihan Lestari dalam mengembangkan batik di desanya, juga mendapat perhatian khusus dari Bupati Kendal, Widya kandi Susanti. Sehingga ibu 2 anak ini, mendapat penghargaan Bupati Award.
“Tak hanya mendapatkan gelar Desa Wisata, Desa Jambearum juga dijadikan sebagai desa vokasi. Yakni desa yang bisa dijadikan tempat untuk belajar oleh desa lain,” kata Lestari.
Batik Cirebon - Setelah mendapat berbagai gelar tersebut, desa Jambearum banyak mendapat bantuan. Mulai dari pemerintah Kabupaten hingga Dirjen Kementrian Pariwisata. Namun, diakuinya untuk berkembang sebagaimana desa wisata yang utuh, saat ini Jambearum masih sangat jauh. Sebab, belum terpenuhinya sarana dan prasarana yang layak untuk jadi Desa Wisata.
“Plang pintu masuk bertuliskan Desa Wisata Batik juga belum ada, Pengelolaan secara profesional sebagai tempat wisata juga belum dibentuk. Disamping itu, juga belum ada promosi akan desa ini, ke berbagai daerah maupun negara-negara lain,” akunya.
Dampak positif menekuni usaha batik, diakui oleh salah satu warga Jambearum, Sugiarti,( 32). Ia mengaku terbantu dengan adanya kegiatan batik yang ia tekuni. Sugiarti mengaku, dulunya ia adalah buruh pabrik, yang setiap hari meninggalkan rumah untuk bekerja di pabrik.
Namun setelah menekuni batik, kini ia bisa konsen di rumah dengan membatik. Satu batik tulis, yang ia hasilkan, bisa terjual dengan harga Rp 225.000-Rp 300.000 per lembarnya. Waktu pengerjaannya, sekitar 2-3 hari.
“Modal awalnya sekitar Rp 100.000-Rp 130.000 untuk satu kain batik. Jadi dalam sebulan saya bisa mengerjakan 10-12 kain batik tulis. Keuntungan saya Rp 1,7 juta-Rp 2 juta per bulan,” akunya.
Keuntungan tersebut, menurutnya, jauh lebih baik kalau dibandingkan harus kerja di pabrik, atuapun kerja jadi TKW. Sebab kerja jadi buruh pabrik maupun TKW tidak bisa dekat dan mengurus pekerjaan rumah tangga.
Ia berharap kepada pemerintah membantu mempromosikan desa Jambearum sebagai desa wisata. Dengan begitu, batik yang dihasilkan oleh ibu-ibu Jambearum, bisa semakin banyak terjual.(Batik Cirebon)

Kamis, 06 November 2014

Batik Cirebon - Ternyata Batik Berjaya Masih Buatan Cina

Batik Cirebon
Batik Cirebon - Seruan Presiden Jokowi untuk menggunakan wastra atau kain Indonesia disambut positif. Menurut Sativa Sutan Aswar, seruan Presiden tentang kain lokal tak bisa sebatas slogan.
"Enggak bisa cuma slogan pemerintah dan jadi kebanggaan semata. Kita perlu memperhatikan akar utamanya yaitu serat benang lokal," kata pakar dan pengamat kain yang biasa disapa Atidje ini, Senin, 3 November 2014 di Jakarta.
Batik Cirebon - Atidje melihat kelemahan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah menggunakan produk impor. "Kita bangsa pengimpor. Bangga pakai kain batik, tapi pernahkah terpikir bahwa serat benang sebagai bahan dasar kain batik masih diimpor dari Cina," kata Atidje yang rajin blusukan ke daerah untuk memberikan pelatihan pembuatan kain di berbagai daerah ini.
Istri mendiang pengamat ekonomi, Arief Aryman ini mengatakan Cina dan India, memiliki industri kain yang sangat rapi dari hulu ke hilir.
Hal itu, ia menambahkan, bisa dipahami mengingat kebudayaan dan tekstil mereka sudah ratusan bahkan ribuan tahun. "Sebenarnya bangsa kita enggak kalah, tapi kita enggak pernah serius, kita terbiasa dengan barang jadi, bukan menciptakan dari bahan dasarnya," kata dia.
Atidje adalah lulusan Desain Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung, dan Ecole Des Hautes Etudes en Sciences Sociales (EHESS) Paris. Untuk meraih gelar doktor, ia menulis tesis 'Evolusi Industri Tekstil di Sumatera Barat'.(batik cirebon)