Batik Cirebon -
Lebih dari 20 pengrajin batik di wilayah Sleman telah mandiri. Bukan
hanya memproduksi batik, mereka juga telah memiliki show room sendiri.
Target pasar mereka bahkan sudah merambah skala nasional, bukan hanya
lokal saja. Produknya bahkan sudah merambah lebih luas lagi, go
Internasional. Bukan hanya prestasi go Internasional saja yang di
dapatkan, ternyata masih ada puluhan pengrajin batik tradisional binaan
Pemkba Sleman melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.
Demi
pengembangan usaha dan pasar, pemkab di haruskan terus mendorong para
pengrajin batik agar terus melahirkan karya-karya baru. Contohnya
seperti batik motif “Sinom Parijotho Salak” yang ngetrend pada tahun
2014. Motif tersebut terdiri atas elemen tanaman parijotho (tangkai,
daun, dan bunga) serta salak pondoh (daun dan buah), dengan hiasan
stilasi daun salak pada tepi kain. Latar belakang motif diisi dengan
motik cecek berupa titik-titik kecil tersebar merata. Warna yang
digunakan terdiri atas, hitam, biru, coklat, kuning, dan putih.
Batik Cirebon -
Batik yang merupakan kombinasi dari beberapa desain pemenang lomba
desain batik 2012 merupakan batik khas Sleman. Sedikitnya ada tujuh
desain batik khas kabupaten berslogan ”SEMBADA”. Yakni, parijotho,
salak, semarak salak, belut dan salak, gajah kombinasi parang rusak
barong, salak pondoh, dan salakan.”Pemkab juga mendorong perajin batik
membuat kolaborasi desain untuk memberi nilai lebih suatu produk.
Misalnya, batik tulis kombinasi jumput atau bordir,” ungkap Bupati Sri
Purnomo kemarin (23/12).
Di
penghujung tahun 2015 ini, pasar Indonesia sedang bersiap menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Untuk pasar bebas ini mangsa pasar
sedikit berbeda dari pasar lokal, mereka biasanya menginginkan kualitas
yang lebih tinggi. Dalam hal ini batik, pasar Internasional lebih
menyukai batik dengan bahan pewarna alami ketimbang pewarna sintetis
berbahan kimia. Tentu saja mereka punya alasan sendiri, salah satunya
adalah pewarna alami lebih ramah lingkungan dan memiliki warna khas
tersendiri. Beberapa sentra pengrajin batik, batik cirebon misalnya
harus bersiap menghadapi ini.
Batik Cirebon
- Untuk membuat batik dengan pewarna alami tentu mempunyai tantangan
tersendiri. Batik pewarna alami cenderung lebih mahal, dan warnanya
cenderung soft dan tak secerah pewarna sintetis. Ini yang menjadi
tantangan pemerintah. Maka dari itu perlu di galakkan sosialisasi
penggunaan bahan pewarna alami batik.
Selain
lebih mahal, batik warna alami cenderung soft dan tak secerah
(men-colok) pewarna zat sintetis. ”Ini menjadi tantangan dalam
menghadapi pasar bebas. Maka, perlu digalakkan sosialisasi penggunaan
bahan pewarna alami batik,” lanjut Sri Purnomo.
Pemkab
juga berencana membentuk komunitas pecinta lingkungan dari kalangan
perajin batik. Untuk mendukung ketersediaan bahan, pemerintah juga
menggalakkan budidaya tanaman sumber bahan pewarna alami. Di antaranya,
teh (coklat), tanaman perdu /indigo (biru), kelapa (krem kecoklatan),
secang (merah), kunyit (kuning), dan bawang merah (jingga kecoklatan).
Bagian tanaman yang digunakan berbeda-beda. Bisa daun, bunga, ranting,
umbi akar, dan kulit pohon. ( batik Cirebon )
0 komentar:
Posting Komentar