Batik Cirebon
- Industri batik Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, kian terpuruk
terkait merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kata Ketua
Kamar Dagang dan Industri Kabupaten Pekalongan Failasuf.
"Biaya
produksi batik yang kian tinggi akibat merosotnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS berdampak negatif terhadap perajin batik karena mereka
masih mendatang bahan baku dari luar negeri," katanya di Pekalongan,
Kamis.
Ia
mengatakan sudah dua bulan terakhir ini nilai rupiah terus melemah
hingga pada titik sekitar Rp13 ribu per dolar Amerika Serikat.
Batik Cirebon
- Kondisi seperti itu, kata dia, mengakibatkan para produsen batik
resah karena biaya produksi secara otomatis naik menyusul menurunnya
rupiah terhadap mata uang dollar AS.
"Sudah
dua bulan dollar AS terus naik, puncaknya sekarang hingga mencapai
Rp13.250. Yang jelas, dampaknya pada biaya produksi batik," katanya.
Menurut dia, sejumlah bahan baku batik impor yang dibeli para produsen batik, antara sutera, katun hingga obat pewarna.
"Bahan
baku tersebut masih diimpor dari luar negeri yang transaksinya
menggunakan dollar sehingga biaya produksi naik dan sepatutnya harga
jual juga ikut naik. Akan tetapi, daya beli masyarakat masih utuh
sehingga berimbas omzet penjualan batik turun," katanya.
Ia
menambahkan keterpurukan perajin batik juga dihadapkan pada kondisi
turun hujan yang masih sering mengguyur wilayah Pekalongan sehingga
aktivitas pewarnaan batik akan terganggu.
Kepala
Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM
Kabupaten Pekalongan, Agus Dwi Nugroho mengatakan dalam sabulan
terakhir ini ada tren kenaikan bahan baku batik paskamerosotnya nilai
rupiah terhadap dollar AS.
"Margin
produsen batik makin tertekan. Akan tetapi produksi mahal, belum tentu
diikuti dengan harga jual jika melihat daya beli konsumen di pasar,"
katanya.( Batik Cirebon )
0 komentar:
Posting Komentar