Banner

Selasa, 18 November 2014

Batik Cirebon - Perpaduan Batik Nganjuk, Gamis nan Luwes

Batik Cirebon - Perancang busana muslim asal Surabaya, Lia Afif, kembali mengeluarkan koleksi busana muslim untuk akhir tahun. Saat ditemui Surya online pada event Batik Fashion Festival di ITC Surabaya 9 November lalu, Lia memadukan batik Nganjuk dengan baju gamis yang luwes menjadi sesuatu yang aplikatif sekaligus menyegarkan.
Batik Nganjuk dibentuk menjadi blazer cantik yang fungsional. Kesan formal sekaligus fresh muncul karena tak banyak aplikasi aksesoris yang digunakan.
Motif batik Nganjuk yang banyak mengandung unsur flora, stupa, dan monument anjuk ladang (jayastamba) coba dipadukan LIa dengan konsep Islami namun dengan sentuhan modern.
Batik Cirebon - Lia menyebut, koleksi signature penutup tahunnya ini sebagai Heritage of Jayastamba, atau evolusi batik Nganjuk menjadi busana muslim yang syar’i.
 “Hebatnya batik, pasti bisa dipadukan dengan segala jenis pakaian,” kata Lia beberapa waktu lalu.
Lia menuturkan menggunakan batik Nganjuk pada rancangannya kali ini karena nuansa warna-warna alamnya yang mampu memberikan kesan segar ketika dilihat.
Kesan segar ini, lanjutnya, cocok digunakan untuk menutup akhir 2014 dengan keceriaan, sekaligus sebagai sebuah harapan tahun yang gemilang.
Baju gamis kerah berbahan sifon terlihat luwes ketika diperagakan di atas panggung. Lia ingin menonjolkan sisi perempuan muslim yang dinamis dari efek kibaran gamis yang melambai-lambai. Blazer batik Nganjuk yang diberi sedikit payet menambah kesan anggun.
Lia menuturkan memakai pakaian muslimah tak harus sophisticated. Paduan gamis dan blazer sudah lebih dari cukup dikenakan  untuk berbagai keperluan.
“Rancangan ini sebagai pembuka untuk rancangan saya 2015 mendatang yang lebih simple, dinamis, fungsional, namun tetap feminim, anggun, aplikatif, dan tetap syar’i tentu saja,” sambungnya.
Dominasi warna peach, ungu, dan hijau army, batik Nganjuk semakin terlihat cantik dengan permainan aplikasi sengkelit, yaitu permainan kain yang dililit mirip sumbu dan dibentuk sedemikan rupa sebagai aksesoris penunjang.
Permainan sengkelit ini ditaruh di beberapa bagian, seperti dada, pinggang, leher, dan pemanis hijab untuk menampilkan kesan feminism.
“Saya memang sengaja tidak menggunakan aksesoris kalung atau gelang. Batiknya sendiri sudah ramai, saya pikir, tambahan aksen cukup dengan permainan sengkelit ini,” ujarnya. (batik Cirebon)

0 komentar:

Posting Komentar