Banner

Kamis, 18 Desember 2014

Batik Cirebon - Pelajari Batik Klasik Tingkatkan Karakter Siswa

Batik Cirebon - Banyaknya generasi muda yang tidak lagi mengenal motif batik membuat sejumlah kalangan merasa prihatin. Mata pelajaran (mapel) IPS pun diusulkan untuk memuat nilai-nilai filosofis batik agar penanaman budaya lokal bisa kembali menguat.

Pakar Batik asal Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sariyatun, mengatakan masyarakat tidak lagi mengenal budaya mereka sendiri. Bahkan, batik yang menjadi salah satu simbol Kota Solo pun sudah tidak lagi menjadi magnet bagi masyarakat. “Kalau kondisi seperti ini terus dibiarkan, generasi muda kita ke depan tak akan mengenal dengan akar budaya,” katanya, baru-baru ini.

Dikatakan, generasi muda mayoritas sudah tak lagi mengenali motif batik. Apalagi menyangkut makna filosofis. Padahal menurut staf pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) ini, di dalam batik klasik mengandung nilai-nilai kearifan yang bisa menjadi penguat ketahanan budaya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, ia menyatakan dengan mempelajari motif batik klasik beserta nilai filosofinya akan meningkatkan karakter siswa. Karena itu perlu diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran IPS. Dengan memasukkan materi itu proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

Batik Cirebon - Di Solo ia telah merintis di sejumlah sekolah di antaranya SMP Negeri 10, SMP Negeri 19 dan SMP Kristen 1. Sementara di SMA Negeri 5 juga telah memasukkan batik sebagai muatan lokal. Untuk lebih menguatkan diperlukan upaya pendalaman terhadap nilai filosofis batik. “Jadi tidak hanya mengajak siswa untuk belajar ketrampilan membatik.”

Sekarang perlu dilakukan redifinasi atau dekonstruksi nilai filosofis dari nilai batik klasik bukan sebagai kebudayaan generik, tetapi sebagai kebudayaan deferensial yang dinegosiasikan menjadi salah satu penanda identitas keIndonesiaan. Ini sekaligus sebagai strategi revitalisasi terhadap eksistensi batik klasik.

Menurutnya, mereka yang tidak mengenali motif batik termasuk di antaranya pemaes temanten. Ini tentu sesuatu yang sangat memprehatinkan karena batik klasik kurang diapresiasi. Ini dampak dari globalisasi yang mengedepankan budaya homogen. ( batik Cirebon )

0 komentar:

Posting Komentar