Banner

Jumat, 12 Desember 2014

Batik Cirebon - Hidup Sukses Dengan Batik Motif Kritikan Sosial

Batik Cirebon
Kang Mule Memamerkan Batiknya
Batik Cirebon - Kreatif dan semangat, barangkali itulah gambaran sosok Kang Mule. Di usianya yang masih muda 32 tahun, pria asal Subang ini berani mengeluarkan rancangan batik lain dari pada yang lain. Desain rancangannya memang sesuai imajinasi yang ada di benak kepalanya.
Tak heran, desain kain batik polesannya bisa mengangkat persoalan anti korupsi, superhero Ultra Man, moralitas dan isu lain yang idenya ia dapat di lingkungan masyarakat.
Sejak lulus dari Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil (STTT) Bandung tahun 2004, Kang Mule sudah jadi tenaga suka rela di Museum Tekstil, Jakarta.
“Sebenarnya ingin melanjutkan ke Newcastle University Inggris tapi tidak bisa ke sana. Back ground saya yang dari jurusan Teknik Tekstil membuat saya tertarik untuk volunteer di Museum Tekstil. Kurang lebih dua tahunlah, saya jadi volunteer di Museum Tekstil. Baru akhirnya di tahun 2007, saya masuk ke industri dengan mengembangkan core bisnis jasa dan produk,” ujar pria yang wajahnya selintas mirip Ariel ‘Noah’ usai pembukaan Festival Batik Nusantara di Museum Tekstil, Selasa (9/12/2014).
Batik Cirebon - Menurut Kang Mule yang punya nama lengkap Mulyawan Kurnia S.ST, awalnya ia berani terjun ke industri dan mengeluarkan brand rancangan batiknya karena termovitasi saat mengajar di Sekolah Desain Susan Budiharjo di tahun 2006. Ia banyak mengajarkan soal desain kepada murid-murid di sekolah tersebut. Namun di benaknya sempat terbersit, kapan ia bisa buat karya sendiri.
“Karena saya ingin menjadi something di hidup saya, bukan hanya nothing. Kurang lebih setahun mengajar di sana, saya putuskan saya mesti terjun langsung untuk membuat karya. Lewat merek aa ade. Nama ini sesuai dengan kehidupan saya bersaudara kembar dengan saudara saya Mulyana Kurnia yang seorang atlet pegulat. Panggilan dia aa dan saya adenya. Jadilah aa ade,” jelas pria ramah ini.
Rancangan kain batik Kang Mule memang berbeda. Di luar pakem yang sudah ada, begitu yang dilontarkan Kang Mule. Batik memang mengenal tradisi pedalaman dan pesisir. Di rancangan kain batik Kang Mule inilah ia banyak bermain di luar pakem.
“Apa yang terjadi di lingkungan sekitar, saya tertarik untuk saya tuangkan di atas bahan kain batik. Semisal batik anti koruptor, motifnya saya buat tikus sang koruptor dengan kertas uang serta gambaran pisau yang tumpul. Ada juga motif timbangan yang menggambarkan ketidakadilan. Batik gaplek, dari permainan orang-orang yang gemar main gaplek. Bisa mudah kita temui di jalanan, gang atau tempat nongkrong lainnya. Ada juga motif domino, cepot, kina dari pohon kina untuk obat malaria, merak ngibing, gedung sate, kujang pamor. Ada sekitar ratusan desain kain batik yang saya buat di luar pakem yang sudah ada,” papar Kang Mule yang memiliki 30 orang karyawan ini.
Harga kain batik rancangannya mulai dari Rp150.000 hingga Rp3 jutaan. Namun ada juga kain batik yang ia lelang dan dibeli salah satu petinggi partai. Kain yang terjual Rp30 juta itu bermotifkan anti korupsi.
“Yang jelas selain motif di luar pakem, saya juga punya karakter sendiri di warna-warna kain saya. Yaitu warna anti pembodohan, warna gelap itu kesannya seperti bodoh, hitam, coklat. Sementara saya buat warna yang mengambarkan karakter cerdas dengan warna yang lebih ceria dan berani, seperti warna pelangi, ada merah, kuning, biru, hijau dan lainnya,” katanya.
Tak hanya di Indonesia, karya batiknya diminati, masyarakat luar juga mulai tertarik. Makanya Kang Mule sudah punya pelanggan di Singapura, Malaysia, Nigeria dan Kanada.  Sementara yang sudah rutin berlangganan batiknya adalah beberapa perusahaan dan perkantoran. Untuk di mal, ia baru buka di Blok M Plaza dan dipasarkan juga melalui dalam jaringan (batik cirebon).

0 komentar:

Posting Komentar