Banner

Rabu, 24 Desember 2014

Batik Cirebon - MEA 2015 Siap di Hadapi Perajin Batik Sleman

Batik Cirebon - Lebih dari 20 pengrajin batik di wilayah Sleman telah mandiri. Bukan hanya memproduksi batik, mereka juga telah memiliki show room sendiri. Target pasar mereka bahkan sudah merambah skala nasional, bukan hanya lokal saja. Produknya bahkan sudah merambah lebih luas lagi, go Internasional. Bukan hanya prestasi go Internasional saja yang di dapatkan, ternyata masih ada puluhan pengrajin batik tradisional binaan Pemkba Sleman melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi.

Demi pengembangan usaha dan pasar, pemkab di haruskan terus mendorong para pengrajin batik agar terus melahirkan karya-karya baru. Contohnya seperti batik motif “Sinom Parijotho Salak” yang ngetrend pada tahun 2014. Motif tersebut terdiri atas elemen tanaman parijotho (tangkai, daun, dan bunga) serta salak pondoh (daun dan buah), dengan hiasan stilasi daun salak pada tepi kain. Latar belakang motif diisi dengan motik cecek berupa titik-titik kecil tersebar merata. Warna yang digunakan terdiri atas, hitam, biru, coklat, kuning, dan putih.

Batik Cirebon - Batik yang merupakan kombinasi dari beberapa desain pemenang lomba desain batik 2012 merupakan batik khas Sleman. Sedikitnya ada tujuh desain batik khas kabupaten berslogan ”SEMBADA”. Yakni, parijotho, salak, semarak salak, belut dan salak, gajah kombinasi parang rusak barong, salak pondoh, dan salakan.”Pemkab juga mendorong perajin batik membuat kolaborasi desain untuk memberi nilai lebih suatu produk. Misalnya, batik tulis kombinasi jumput atau bordir,” ungkap Bupati Sri Purnomo kemarin (23/12).

Di penghujung tahun 2015 ini, pasar Indonesia sedang bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Untuk pasar bebas ini mangsa pasar sedikit berbeda dari pasar lokal, mereka biasanya menginginkan kualitas yang lebih tinggi. Dalam hal ini batik, pasar Internasional lebih menyukai batik dengan bahan pewarna alami ketimbang pewarna sintetis berbahan kimia. Tentu saja mereka punya alasan sendiri, salah satunya adalah pewarna alami lebih ramah lingkungan dan memiliki warna khas tersendiri. Beberapa sentra pengrajin batik, batik cirebon misalnya harus bersiap menghadapi ini.

Batik Cirebon - Untuk membuat batik dengan pewarna alami tentu mempunyai tantangan tersendiri. Batik pewarna alami cenderung lebih mahal, dan warnanya cenderung soft dan tak secerah pewarna sintetis. Ini yang menjadi tantangan pemerintah. Maka dari itu perlu di galakkan sosialisasi penggunaan bahan pewarna alami batik.

Selain lebih mahal, batik warna alami cenderung soft dan tak secerah (men-colok) pewarna zat sintetis. ”Ini menjadi tantangan dalam menghadapi pasar bebas. Maka, perlu digalakkan sosialisasi penggunaan bahan pewarna alami batik,” lanjut Sri Purnomo.

Pemkab juga berencana membentuk komunitas pecinta lingkungan dari kalangan perajin batik. Untuk mendukung ketersediaan bahan, pemerintah juga menggalakkan budidaya tanaman sumber bahan pewarna alami. Di antaranya, teh (coklat), tanaman perdu /indigo (biru), kelapa (krem kecoklatan), secang (merah), kunyit (kuning), dan bawang merah (jingga kecoklatan). Bagian tanaman yang digunakan berbeda-beda. Bisa daun, bunga, ranting, umbi akar, dan kulit pohon. ( batik Cirebon )

0 komentar:

Posting Komentar