Ia menjelaskan kolektor asing yang tertarik dengan lukisan abstrak yang diberi tempelan Kain Batik Cirebon itu antara lain dari beberapa negara di Eropa, seperti Belanda."Sejumlah kolektor dari Australia juga tertarik. Mereka umumnya menyebut lukisan abstrak dengan kain batik itu sangat dekoratif, jadi cocok untuk dinding kamar hotel," katanya.Menurut pelukis asli Cirebon yang kini bermukim di Bandung itu, lukisan abstrak yang ditempeli kain batik itu semula dimaksudkan untuk menandakan lukisan buatan orang Indonesia.
"Tapi, lukisan yang ditempeli kain batik sebagai penanda buatan Indonesia justru menarik perhatian kolektor asing dan akhirnya menjadi ciri khas lukisan-lukisan saya," katanya.Meski begitu, kata pelukis jebolan Jurusan Arsitek ITS (1990) yang pernah menjadi juara lukis SD dan SMP se-Jatim itu, dirinya tidak meninggalkan tradisi lukis realis yang menjadi keahliannya."Bahkan, lukisan saya tentang Mbok Jamu yang melayani pembeli menjadi Juara I ASEAN dalam kompetisi yang diadakan Tim Kesenian Budaya Indonesia di Singapura pada beberapa waktu lalu," katanya.
Ia menilai semua keahlian itu merupakan hasil tempaan dari sejumlah "guru" lukis asal Cirebon yang pernah mengajari dirinya, di antaranya Rifai (kakak), Linda Diana, Dian Puspitasari, dan sebagainya.
Selain itu, dirinya juga banyak ditempa beberapa "guru" di sanggar seni rupa pimpinan Bagong di Gentengkali (Cirebon) dan sanggar seni rupa pimpinan Hasan Pratama (Bandung)."Ya, saya banyak dididik seniman Cirebon, bahkan saya juga banyak mendapat inspirasi dari Cirebon, karena itu saya ingin mendirikan museum seni di kota ini," katanya.
0 komentar:
Posting Komentar