Banner

Jumat, 20 Februari 2015

Batik Cirebon - Naga Batik Sepanjang 150 Meter Meriahkan Imlek

batik cirebon
Ilustrasi Naga Barongsai Saat Perayaan Imlek
Batik Cirebon - Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) X siap digelar 1-5 Maret 2015 di Kampung Ketandan. PBTY digelar untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2566 dan Cap Go Meh.

Tahun ini, PBTY X mengangkat tema 'Merajut Budaya, Merenda Kebersamaan' yang mencerminkan bahwa budaya Tiongkok memiliki 1001 macam budaya. Festival ini dirancang selayaknya Jogja Java Carnival, yang dimeriahkan pameran budaya, atraksi liong samsi, naga barongsai, wayang potehi, karnaval kirab budaya, jogja dragon festival, lomba karaoke, panggung hiburan, hingga bazaar yang menjual pernak-pernik Imlek.

Uniknya, tahun ini akan ada kolaborasi pementasan Wayang Cina Jawa atau Wacinwa dengan lakon Sin Teng San dan Sin Jin Koei. Selain itu, ada juga Naga Batik sepanjang 150 meter turut memeriahkan PBTY X.

Festival akan dimulai pada Minggu (1/3/2015) dengan karnaval budaya, yang mulai dari Taman Parkir Abubakar Ali menuju Titik Nol Kilometer, Yogyakarta. Ada 15 group naga siap memeriahkan event ini. Panitia telah menyediakan hadiah total Rp30 juta dan piala Raja Hamengku Buwono X.

Batik Cirebon - Acara akan dimulai pukul 17.00 WIB hingga 22.00 WIB setiap harinya. Selama lima hari, Kampung Ketandan akan disulap menjadi Kampung Cina. Berbagai ornamen warna merah dan lampion akan memenuhi seluruh wilayah, sehingga mirip dengan Cina Town.

PBTY X sengaja diadakan di Kampung Ketandan, karena tempat ini merupakan saksi sejarah akulturasi budaya Tionghoa, keraton, dan warga Kota Yogyakarta. Letaknya strategis di pusat kota, tepatnya di Jalan Ahmad Yani, Jalan Suryatmajan, Jalan Suryotomo, dan Jalan Los Pasar Beringharjo.
Sejak 200 tahun lalu, Kampung Ketandan menjadi tempat tinggal bagi masyarakat Tionghoa. Sehingga diakui sebagai kawasan Pecinan di Yogyakarta. Arsitekturnya didominasi nuansa tempo dulu, dengan ciri khas bangunan memanjang ke belakang karena digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus toko.

Sebagian besar penduduk Kampung Ketandan berprofesi sebagai pedagang emas dan permata, toko kelontong, toko herbal, kuliner, dan penyedia berbagai kebutuhan pokok. Menjelang 1950-an, hampir 90 persen penduduk beralih menjadi pedagang emas.( Batik Cirebon)
Sumber : Metro News

0 komentar:

Posting Komentar