Banner

Jumat, 06 Februari 2015

Batik Cirebon - Banjir, Produksi Batik Turun Hingga 30 Persen

Batik Cirebon
Proses Penjemuran Kain Batik
Batik Cirebon - Akibat genangan air yang tak berkesudahan karena hujan yang cukup lama di Pasirsari, Kelurahan Pasirkratonkramat, berdampak pada pengrajin batik di sana.

Para pengrajin batik di wilayah yang terkenal menjadi sentra batik cap itu mengalami penurunan produksi cukup drastis, yaitu mencapai hingga 30 persen.

Ketua Serbapas, Sodikin HS mengungkapkan, kondisi rendaman air yang menggenang dalam waktu yang lama. Pastinya mengganggu proses produksi. Jika dalam kondisi normal pengrajin dapat memproduksi satu kain batik dalam waktu empat sampai lima hari, sedangkan dalam kondisi seperti saat ini, produksi kain batik memerlukan waktu setidaknya sepuluh hari.

“Selain itu, risiko produksi juga tinggi. Misalnya saat dijemur tidak hati-hati bisa jatuh, dan harus ulang prosesnya. Atau jika menggunakan obat reaktif, terkena sedikit air saja bisa pudar dan harus mengeluarkan ongkos lagi untuk produksi ulang,” tuturnya.

Dengan segala risiko itu, pengusaha batik pada kondisi normal dapat memproduksi 30 sampai 100 kodi, kini hanya bisa memproduksi maksimal 20 sampai 70 kodi kain batik.

Dengan produksi yang mengalami penurunan, berdampak juga pada tenaga kerja yaitu buruh batik. Mereka tak akan berangkat satu minggu penuh. Sebab dikatakan Sodikin, rata-rata pengrajin batik hanya produksi lima hari atau enam hari dalam seminggu, tetapi setiap harinya tidak penuh.

Batik Cirebon - Diakui Sodikin, kondisi demikian sudah menjadi siklus alam, dan akan terjadi setiap tahun. Artinya, pengrajin batik akan selalu mengalami fase penurunan produksi dalam waktu tertentu. “Makanya kami tetap berharap turun tangan pemerintah. Setidaknya untuk membantu mengatasi banjir di sini,” harap dia.

Terpisah, Kabid Koperasi dan UMKM pada Disperindagkop dan UMKM, Edi Harsoyo saat dikonfirmasi mengenai keluhan pengrajin tersebut menyatakan, bahwa untuk bulan-bulan ini bisnis batik memang mengalami penurunan. 

Bukan hanya karena faktor cuaca, banyak faktor lain yang membuat penurunan mencapai 20 persen. “Cuaca hanya salah satunya, seperti di Pasirsari. Tapi kalau secara umum penyebabnya banyak, termasuk bahan baku yang naik, faktor adanya Pileg dan Pilpres tahun lalu hingga dampak kebakaran Pasar Klewer. Ada penurunan tapi masih dalam tahap wajar. Itu masukan dari temen-temen pengusaha,” terangnya.

Menurut Edi, kondisi demikian memang sudah menjadi siklus tahunan di mana pada bulan-bulan tertentu batik akan loyo dan akan kembali naik saat ada momentum tertentu. Tapi diakuinya, penurunan yang terjadi tahun ini lebih parah dari tahun sebelumnya. “Saya juga cek di Pasar Grosir Setono dan hasilnya sama. Di sana juga terjadi penurunan. Kondisi seperti ini berarti merata,” tandasnya.( Batik Cirebon )

0 komentar:

Posting Komentar