Banner

Rabu, 25 Februari 2015

Batik Cirebon - Mahasiswa UNS Promosi Batik dan Keraton Ke Mancanegara

Batik Cirebon
Aksi mahasiswa Kokushikan University, Jepang, membatik. (Foto: dok. UNS)
Batik Cirebon - Mengajak mahasiswa Jepang membatik dan berdiskusi tentang adat istiadat keraton Jawa. Itulah beberapa cara Universitas Sebelas Maret (UNS) memperkenalkan budaya Jawa ke masyarakat luas, termasuk mancanegara.

Demi mengenalkan sekaligus melestarikan budaya keraton di mata dunia, Pusat Studi Javanologi LPPM Universitas Sebelas Maret (UNS) mengadakan seminar internasional dengan tema utama "Royal Lifestyle". Tema ini diangkat karena gaya hidup Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran masa lampau sempat menjadi trendsetter bagi masyarakatnya.

Batik Cirebon - Pembicara dari Pura Mangkunegaran KRMH. Daradjadi Gondodiprojo, mengatakan bahwa telah terjadi suatu perubahan dalam Pura Mangkunegara. Dalam materi berjudul "Gaya Hidup Bangsawan Mangkunegaran Tahun 1870-1944", dia memaparkan berbagai perubahan tradisi dalam Pura Mangkunegaran.

"Para bangsawan yang semula berada dalam lingkup masyarakat tradisional, berubah menjadi anggota masyarakat modern," kata Daradjadi seperti dikutip dari laman resmi UNS, Senin (23/2/2015).

Perubahan tersebut, kata Daradjadi, disebabkan penyesuaian gaya hidup yang dilakukan para bangsawan keraton. "Mereka menyesuaikan gaya hidup dengan kondisi kehidupan yang dihadapi melalui percampuran kebudayaan tradisional dengan kepentingan pribadi dan masyarakat luas," ujarnya.

Batik Cirebon - Seminar internasional yang bertajuk "Penguatan Nilai dan Pengembangan Tradisi Keraton pada Era Industri Budaya Antarbangsa" ini juga menghadirkan pembicara dari Kokushikan University, Jepang, Prof. Makasatsu Tozu. Guru besar Kokushikan University tersebut mengatakan bahwa dia tidak terlalu asing dengan ritual menanam dan menuai padi yang diselenggarakan oleh keraton.

"Di Jepang sendiri, ritual yang paling penting adalah ritual menanam padi. Kaisar sendiri menanam padi, memanen padi, dan mempersembahkan hasil itu kepada dewa-dewa," kata Tozu.

Sehari sebelumnya, para pembicara dan beberapa peserta diajak untuk mengenal budaya Jawa lebih dalam di keraton. Mereka diberi kesempatan untuk menyicipi serta melihat proses produksi jamu. Tidak hanya itu, mereka juga diajak berkenalan dengan batik, melihat langsung melihat proses produksi, belajar membatik dan tentu saja berbelanja batik. Selepas itu mereka menghadiri jamuan makan malam dari Pura Mangkunegaran.

"Batik memliki kekuatan bagi yang mengenakan," ujar Tozu tatkala dia dajak melihat batik di Sukoharjo.

Seminar yang dihadiri 150 peserta tersebut, tidak hanya menghadirkan Daradjadi dan Tozu sebagai pembicara. Kegiatan yang digelar di kampus UNS ini juga turut mengundang, Mr Hoosho dari Kyoto Jepang, Dr Bahtiar Mohamad dari UUM Malaysia, Prof Drs Pawito, PhD dari Javanologi LPPM UNS dan KGPH Puger dari Keraton Kasunanan, sebagai pembicara.( Batik Cirebon)
Sumber : Okezone

0 komentar:

Posting Komentar